PERDANA Menteri Kanada Justin Trudeau dan Premier Quebec Philippe Couilard mengutuk keras aksi teroris yang menyerang masjid di dalam pusat kebudayaan muslim Kota Quebec, Senin (30/1/2017) WIB, yang menewaskan 6 jemaah salat malam, 5 orang kritis, dan 12 rang lainnya terluka tembak.
Menurut kantor berita AP, Selasa (31/1/2017), saat penembakan lebih 50 orang berada dalam masjid di pusat kebudayaan muslim di Quebec. Saksi mata yang juga imam masjid setempat mengatakan setidaknya ada tiga orang bersenjata yang melepaskan tembakan ke arah jemaah.
Di hadapan parlemen, Trudeau dengan tegas mengatakan para korban secara murni dijadikan sasaran karena keyakinan mereka. Selanjutnya, Trudeau mengatakan 1 juta warga muslim Kanada tidak sendiri. "Kami bersama kalian," tegasnya. "Ada 36 juta warga di negeri ini yang hatinya terluka akibat aksi tersebut," lanjut Trudeau. (Kompas.com, 31/1/2017)
"Umat muslim bagian penting bagi negeri ini dan serangan tak berperikemanusiaan ini tak mendapat tempat di komunitas, kota, dan negara kami," ujar Trudeau. Ia menambahkan peristiwa ini sangat menghancurkan hati warga Kanada yang selama ini menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi beragama.
Premier Quebec Philippe Coulliard lewat akun Twitter-nya menyatakan pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk menjamin keamanan warga Quebec. "Quebec menentang keras kekerasan barbar ini. Solidaritas warga Quebec untuk umat muslim," tulis Coulliard.
Juru bicara kepolisian Christine Coulombe mengatakan dua tersangka penyerangan telah ditangkap dan polisi memberlakukan kasus ini sebagai sebuah serangan teror. Sementara panitera pengadilan, Isabelle Ferland, menyebutkan dua tersangka serangan ini Alexandre Bissonnette dan Mohamed el Kadir.
Namun, belakangan polisi menyatakan El Kadir tak terlibat dan hanya dijadikan saksi. Otoritas keamanan Kota Quebec, Selasa (31/1/2017) pagi, merilis identitas korban penembakan di masjid itu. Mereka yang tewas Mamadou Tanou Barry (42), Abdelkarim Hassane (41), Khaled Belkacemi (60), Aboubaker Thabti (44), Azzeddine Soufiane (57), dan Ibrahima Barry (39).
Pelaku bernama Alexandre Bissonnette didakwa dengan pasal pembunuhan tingkat I atas enam orang dan pasal percobaan pembunuhan terhadap lima orang. Serangan ini tidak sama sekali terlepas dari pengaruh tingginya tensi dunia atas kebijakan anti-Islam Presiden AS Donald Trump. Sayang, pengaruh buruk itu muncul di negeri yang toleransi beragamanya baik. ***
Di hadapan parlemen, Trudeau dengan tegas mengatakan para korban secara murni dijadikan sasaran karena keyakinan mereka. Selanjutnya, Trudeau mengatakan 1 juta warga muslim Kanada tidak sendiri. "Kami bersama kalian," tegasnya. "Ada 36 juta warga di negeri ini yang hatinya terluka akibat aksi tersebut," lanjut Trudeau. (Kompas.com, 31/1/2017)
"Umat muslim bagian penting bagi negeri ini dan serangan tak berperikemanusiaan ini tak mendapat tempat di komunitas, kota, dan negara kami," ujar Trudeau. Ia menambahkan peristiwa ini sangat menghancurkan hati warga Kanada yang selama ini menjunjung tinggi keberagaman dan toleransi beragama.
Premier Quebec Philippe Coulliard lewat akun Twitter-nya menyatakan pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk menjamin keamanan warga Quebec. "Quebec menentang keras kekerasan barbar ini. Solidaritas warga Quebec untuk umat muslim," tulis Coulliard.
Juru bicara kepolisian Christine Coulombe mengatakan dua tersangka penyerangan telah ditangkap dan polisi memberlakukan kasus ini sebagai sebuah serangan teror. Sementara panitera pengadilan, Isabelle Ferland, menyebutkan dua tersangka serangan ini Alexandre Bissonnette dan Mohamed el Kadir.
Namun, belakangan polisi menyatakan El Kadir tak terlibat dan hanya dijadikan saksi. Otoritas keamanan Kota Quebec, Selasa (31/1/2017) pagi, merilis identitas korban penembakan di masjid itu. Mereka yang tewas Mamadou Tanou Barry (42), Abdelkarim Hassane (41), Khaled Belkacemi (60), Aboubaker Thabti (44), Azzeddine Soufiane (57), dan Ibrahima Barry (39).
Pelaku bernama Alexandre Bissonnette didakwa dengan pasal pembunuhan tingkat I atas enam orang dan pasal percobaan pembunuhan terhadap lima orang. Serangan ini tidak sama sekali terlepas dari pengaruh tingginya tensi dunia atas kebijakan anti-Islam Presiden AS Donald Trump. Sayang, pengaruh buruk itu muncul di negeri yang toleransi beragamanya baik. ***
0 komentar:
Posting Komentar