PEKAN lalu Tokopedia pasang iklan jaket yang menutupi halaman pertama Harian Kompas, dengan klaim "Tokopedia Online #1 (peringkat pertama) di Indonesia dengan 150 juta kunjungan per bulan." Ada apa sebenarnya di balik unjuk gigi Tokopedia itu?
Dari tulisan terkait jagojualan.com yang beredar di WAG akhir pekan lalu, rupanya sebagian saham Tokopedia dibeli raksasa bisnis online Tiongkok, Alibaba, sebesar 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14,63 triliun, lebih besar dari akuisisi Alibaba terhadap 80% saham Lazada beberapa waktu lalu sebesar 1 miliar dolar AS atau Rp13,3 triliun.
Dengan demikian, Alibaba milik Jack Ma asal Tiongkok itu kini mengendalikan dua usaha online terkemuka di Indonesia (Lazada dan Tokopedia). Kelompok tersebut bersaing ketat dengan raksasa asal Tiongkok lainnya Tencent milik Ma Huateng, yang di sini mengendalikan bisnis online Shopee, JD, dan Traveloka.
Di luar dua raksasa asal Tiongkok yang diperkirakan akan menguasai 80% pasar bisnis online Indonesia, ada kelompok ketiga yang merupakan pemain lokal, Blibli dan Tiket.com, investasi GDP Capital milik Djarum Group yang bermain di sisa pangsanya bersama ribuan pelaku bisnis online domestik lainnya yang masih relatif lemah.
Di negeri asalnya, Tiongkok, kedua raksasa bersaing ketat silih berganti mengungguli. Pada kuartal II 2016, misalnya, kapitalisasi pasar Tencent unggul dengan 246,35 miliar dolar AS, sedangkan kapitalisasi pasar Alibaba pada saat yang sama sebesar 242,04 miliar solar AS (Info Komputer, 19/8/2016).
Alibaba, selain bisnis berbagai layanan internet keuangan, juga e-commerce yakni jual-beli dan pengirimannya segala jenis kebutuhan dalam kemasan, dari makanan sampai kelontong, dari produk pabrik hingga buatan tangan.
Menurut Reuters, pendapatan Alibaba pada kuartal I 2017 naik 56% menjadi 7,51 miliar dolar AS atau Rp99,88 triliun. Meski pendapatan terbesar masih dari e-commerce, dilaporkan busnis cloud (layanan komputer) dan hiburan kinerjanya terus meningkat (Kompas.com, 18/8/2017).
Sedangkan Tencent kapitalisasi pasarnya tumbuh pesat dan mampu menyaingi Alibaba, karena tingginya pertumbuhan mobile games dan pendapatan iklan pada media sosial WeChat miliknya.
Demikian kelas pemain bisnis e-commerce yang hadir di Indonesia sehingga kelompok usaha yang didukung Djarum Group milik keluarga terkaya di Indonesia saja cuma bisa menjadi pemain ketiga. Bagaimana pula bakal nasib bisnis online UMKM? ***
Dengan demikian, Alibaba milik Jack Ma asal Tiongkok itu kini mengendalikan dua usaha online terkemuka di Indonesia (Lazada dan Tokopedia). Kelompok tersebut bersaing ketat dengan raksasa asal Tiongkok lainnya Tencent milik Ma Huateng, yang di sini mengendalikan bisnis online Shopee, JD, dan Traveloka.
Di luar dua raksasa asal Tiongkok yang diperkirakan akan menguasai 80% pasar bisnis online Indonesia, ada kelompok ketiga yang merupakan pemain lokal, Blibli dan Tiket.com, investasi GDP Capital milik Djarum Group yang bermain di sisa pangsanya bersama ribuan pelaku bisnis online domestik lainnya yang masih relatif lemah.
Di negeri asalnya, Tiongkok, kedua raksasa bersaing ketat silih berganti mengungguli. Pada kuartal II 2016, misalnya, kapitalisasi pasar Tencent unggul dengan 246,35 miliar dolar AS, sedangkan kapitalisasi pasar Alibaba pada saat yang sama sebesar 242,04 miliar solar AS (Info Komputer, 19/8/2016).
Alibaba, selain bisnis berbagai layanan internet keuangan, juga e-commerce yakni jual-beli dan pengirimannya segala jenis kebutuhan dalam kemasan, dari makanan sampai kelontong, dari produk pabrik hingga buatan tangan.
Menurut Reuters, pendapatan Alibaba pada kuartal I 2017 naik 56% menjadi 7,51 miliar dolar AS atau Rp99,88 triliun. Meski pendapatan terbesar masih dari e-commerce, dilaporkan busnis cloud (layanan komputer) dan hiburan kinerjanya terus meningkat (Kompas.com, 18/8/2017).
Sedangkan Tencent kapitalisasi pasarnya tumbuh pesat dan mampu menyaingi Alibaba, karena tingginya pertumbuhan mobile games dan pendapatan iklan pada media sosial WeChat miliknya.
Demikian kelas pemain bisnis e-commerce yang hadir di Indonesia sehingga kelompok usaha yang didukung Djarum Group milik keluarga terkaya di Indonesia saja cuma bisa menjadi pemain ketiga. Bagaimana pula bakal nasib bisnis online UMKM? ***
0 komentar:
Posting Komentar