KERETA api barang pertama yang berangkat dari Yiwu, Tiongkok timur, tiba di Barking, London, 18 Januari 2017, setelah menempuh 12 ribu km selama 18 hari dengan melewati 14 negara. Layanan KA itu bagian dari upaya Tiongkok menghidupkan kembali Jalur Sutera, jalan darat terpanjang lintas benua yang mencerminkan hegemoni Tiongkok masa lalu.
Kereta cepat Yiwu—London mengangkut 68 peti kemas berisi pakaian, tas koper, dan barang keperluan rumah tangga itu memangkas perjalanan laut hingga 30 hari dengan ongkos seperlima lebih murah dari angkutan udara. Pemerintah Tiongkok menyebut proyek itu sebagai Jalur Sutera Baru. (Kompas.com, 18/1/2017) Tujuannya jelas, memulihkan kembali hegemoni Tiongkok dalam perekonomian dunia.
Jalur Sutera Baru itu diberi nama resmi Belt and Road Initiatives, yang juga mencakup jalur laut yang meliputi Asia Tenggara, dengan Indonesia yang menyebut diri Poros Maritim Dunia sebagai bagian pentingnya. Oleh karena itu, tidak perlu heran kalau jalan tol trans-Sumatera (JTTS) dan pasangannya jalur KA Bakauheni—Banda Aceh dengan begitu mudah didukung konsorsium Tiongkok dana pembangunannya.
Bukan hanya itu, banyak proyek infrastruktur lain yang dibangun dengan dukungan dana asal Tiongkok. Salah satunya pembangunan kereta cepat Jakarta—Bandung. Jadi, jangan ragukan kemampuan pemerintah sekarang giat membangun infrastruktur, meski sebenarnya kemampuan finansial APBN mungkin hanya 40% dari keseluruhan proyek infrastrukrur yang digesa hingga 2019.
Lebih dari itu, Jalur Sutera Baru itu bukan cuma infrastrukrur fisik. "Penguasaan konektivitas tidak hanya dalam infrastruktur fisik, tetapi juga penguasaan fintech, jalur komunikasi global, payment gateways, sistem investasi aset-aset infrastruktur, properti, dan permodalan," tulis Bernardus Djonoputro. (Kompas.com, 4/9/2017)
Tampak, pembangunan Jalur Sutera Baru itu memiliki multiplier effect manfaat lingkungan proyek, yang akan memajukan wilayah dan membuka kesempatan kerja baru sebagai sarana peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, penting bagi daerah melakukan perluasan manfaat pembangunan, tidak cukup sebatas menerima jalan tol, tetapi membuat apa saja yang dengan kehadiran jalan tol itu bisa memajukan kesejahteraan umum.
Namun, menjadikan proyek Jalur Sutera Baru sebagai penambal kekurangan pembangunan infrastruktur, mungkin harus dirangkai dengan siasat menempatkan diri pada posisi strategis dalam suatu hegemoni. ***
Jalur Sutera Baru itu diberi nama resmi Belt and Road Initiatives, yang juga mencakup jalur laut yang meliputi Asia Tenggara, dengan Indonesia yang menyebut diri Poros Maritim Dunia sebagai bagian pentingnya. Oleh karena itu, tidak perlu heran kalau jalan tol trans-Sumatera (JTTS) dan pasangannya jalur KA Bakauheni—Banda Aceh dengan begitu mudah didukung konsorsium Tiongkok dana pembangunannya.
Bukan hanya itu, banyak proyek infrastruktur lain yang dibangun dengan dukungan dana asal Tiongkok. Salah satunya pembangunan kereta cepat Jakarta—Bandung. Jadi, jangan ragukan kemampuan pemerintah sekarang giat membangun infrastruktur, meski sebenarnya kemampuan finansial APBN mungkin hanya 40% dari keseluruhan proyek infrastrukrur yang digesa hingga 2019.
Lebih dari itu, Jalur Sutera Baru itu bukan cuma infrastrukrur fisik. "Penguasaan konektivitas tidak hanya dalam infrastruktur fisik, tetapi juga penguasaan fintech, jalur komunikasi global, payment gateways, sistem investasi aset-aset infrastruktur, properti, dan permodalan," tulis Bernardus Djonoputro. (Kompas.com, 4/9/2017)
Tampak, pembangunan Jalur Sutera Baru itu memiliki multiplier effect manfaat lingkungan proyek, yang akan memajukan wilayah dan membuka kesempatan kerja baru sebagai sarana peningkatan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, penting bagi daerah melakukan perluasan manfaat pembangunan, tidak cukup sebatas menerima jalan tol, tetapi membuat apa saja yang dengan kehadiran jalan tol itu bisa memajukan kesejahteraan umum.
Namun, menjadikan proyek Jalur Sutera Baru sebagai penambal kekurangan pembangunan infrastruktur, mungkin harus dirangkai dengan siasat menempatkan diri pada posisi strategis dalam suatu hegemoni. ***
0 komentar:
Posting Komentar