DEWAN Pimpinan Pusat (DPP) sejumlah partai politik (parpol) melakukan manuver menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Lampung. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang membuat manuver pertama dengan mengangkat Sudin sebagai ketua DPD PDIP Lampung, padahal yang diusulkan ke pusat nama tokoh-tokoh favorit, seperti Mukhlis Basri, Dedi Afrizal, dan Eva Dwiana.
Penunjukan Sudin sebagai ketua DPD Provinsi menuai penolakan dari massa lapisan bawah, yang hingga Jumat (15/9/2017) masih demo menolak Sudin.
Manuver berikutnya dilakukan DPP Partai Amanat Nasional (PAN) dengan memberikan rekomendasi kepada Ketua Partai Golkar Lampung Arinal Djunaidi sebagai calon gubernur Lampung. Langkah manuver ini amat mengejutkan karena Ketua DPW PAN Lampung Bachtiar Basri yang sekarang menjabat wakil gubernur sejak awal menyatakan kalaupun ia maju lagi dalam Pilgub 2018, ia akan tetap setia berpasangan dengan M Ridho Ficardo.
Dengan rekomendasi DPP ke calon gubernur selain Ridho, andai DPP tetap mendukung ketua DPW-nya, Bachtiar Basri, berarti kan dipasangkan dengan calon lain. Gelagat ini yang langsung ditolak Bachtiar Basri dengan menekankan ia tetap setia pada M Ridho Ficardo.
Manuver, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, berarti gerakan tangkas dan cepat. Lazim dipakai dalam pelayaran, manuver berarti mengambil jalur di luar semestinya. Dalam kasus PDIP, manuvernya mungkin mengangkat ketua bukan dari calon favorit yang diusulkan daerah. Sedang pada PAN, memberikan rekomendasi yang kurang sesuai dengan aspirasi pimpinan partainya di daerah.
Terkait PDIP, orang melihat DPP mengambil jalan untuk menghindari konflik di antara tokoh-tokoh favorit jika salah satunya yang ditetapkan sebagai ketua. Sebab itu, dipilihlah orang yang dianggap bukan tokoh dan tidak favorit, demi menjaga kerukunan segenap slagorde partainya. Sebab itu, meski ada demo penolakan dari lapisan bawah, kondisi partai di level menengah ke atas tetap kondusif.
Sedang di PAN, selain tak ada penolakan terbuka seperti demo atas manuver DPP itu meski terlepas dari aspirasi daerah, elite partainya di daerah ini cukup dewasa untuk menghormati kebijakan DPP-nya. Ketua DPW-nya, Bachtiar Basri, misalnya, tidak menolak atau menentang rekomendasi yang dikeluarkan DPP. Dia hanya menolak jika dipasangkan dengan Arinal. Pokoknya, elite politik daerah di Lampung umumnya taat dan hormat pada DPP. Tapi, justru DPP-nya yang cenderung kurang mendalami aspirasi daerah. ***
Manuver berikutnya dilakukan DPP Partai Amanat Nasional (PAN) dengan memberikan rekomendasi kepada Ketua Partai Golkar Lampung Arinal Djunaidi sebagai calon gubernur Lampung. Langkah manuver ini amat mengejutkan karena Ketua DPW PAN Lampung Bachtiar Basri yang sekarang menjabat wakil gubernur sejak awal menyatakan kalaupun ia maju lagi dalam Pilgub 2018, ia akan tetap setia berpasangan dengan M Ridho Ficardo.
Dengan rekomendasi DPP ke calon gubernur selain Ridho, andai DPP tetap mendukung ketua DPW-nya, Bachtiar Basri, berarti kan dipasangkan dengan calon lain. Gelagat ini yang langsung ditolak Bachtiar Basri dengan menekankan ia tetap setia pada M Ridho Ficardo.
Manuver, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, berarti gerakan tangkas dan cepat. Lazim dipakai dalam pelayaran, manuver berarti mengambil jalur di luar semestinya. Dalam kasus PDIP, manuvernya mungkin mengangkat ketua bukan dari calon favorit yang diusulkan daerah. Sedang pada PAN, memberikan rekomendasi yang kurang sesuai dengan aspirasi pimpinan partainya di daerah.
Terkait PDIP, orang melihat DPP mengambil jalan untuk menghindari konflik di antara tokoh-tokoh favorit jika salah satunya yang ditetapkan sebagai ketua. Sebab itu, dipilihlah orang yang dianggap bukan tokoh dan tidak favorit, demi menjaga kerukunan segenap slagorde partainya. Sebab itu, meski ada demo penolakan dari lapisan bawah, kondisi partai di level menengah ke atas tetap kondusif.
Sedang di PAN, selain tak ada penolakan terbuka seperti demo atas manuver DPP itu meski terlepas dari aspirasi daerah, elite partainya di daerah ini cukup dewasa untuk menghormati kebijakan DPP-nya. Ketua DPW-nya, Bachtiar Basri, misalnya, tidak menolak atau menentang rekomendasi yang dikeluarkan DPP. Dia hanya menolak jika dipasangkan dengan Arinal. Pokoknya, elite politik daerah di Lampung umumnya taat dan hormat pada DPP. Tapi, justru DPP-nya yang cenderung kurang mendalami aspirasi daerah. ***
0 komentar:
Posting Komentar