Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Tragedi Kemanusiaan Rohingya!

TRAGEDI kemanusiaan kembali mendera etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar. Pasukan penguasa negeri itu secara brutal mengulangi genosida terhadap etnis minoritas Rohingya, menganiaya hingga membakar hidup-hidup kaum muslim, termasuk wanita dan anak-anak. Utamanya mereka yang tak berdaya untuk melarikan diri saat pembakaran desa mereka secara sistematis.
Dari 27 ribu warga Rohingya yang melarikan diri dari kebuasan rezim Myanmar ke Bangladesh, sebagian telah dibawa ke kapal darurat menyeberangi Sungai Naf, 20 ribu orang lagi masih terdampar di perbatasan. Demikian laporan PBB dikutip AFP (31/8/2017).
Dicekam ketakutan diburu militer Myanmar, banyak yang tak bisa berenang pun melompat ke Sungai Naf yang memisahkan kedua negara. Sedikitnya 39 orang tak sampai ke seberang, mayatnya hanyut di arus sungai. "Mereka ditemukan mengambang di sungai," kata Kepala Polisi Mainuddin Khan di Kota Teknaf, perbatasan Bangladesh.
Laporan AFP dikutip Kompas.com, Jumat (1/9/2017), menyebutkan gejolak di Myanmar berawal Jumat (25/8/2017) pekan lalu. Saat itu kelompok gerilyawan Rohingya mengepung pos polisi terpencil dan menewaskan 11 petugas. Mereka juga membakar desa di sekitarnya.
Sebagai pembalasan, pasukan keamanan Myanmar melancarkan operasi pembersihan untuk menyapu para gerilyawan. Operasi pembersihan inilah yang dilakukan dengan amat brutal hingga menimbulkan tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya.
Kantor Berita Prancis AFP dan media Inggris The Guardian melihat krisis Rohingya kali ini beda dari sebelumnya. Sejak Jumat—Minggu (25—27/8/2017), yang terjadi adalah bentrokan bersenjata antara tentara melawan militan Rohingya. Kontak senjata yang mematikan itu berawal dari penyerangan pemberontak etnis minoritas muslim Rohingya menyasar 30 pos polisi, Jumat (25/8/2017), saat itu 32 orang tewas.
Bentrokan tersebut terburuk sejak serangan pemberontak Oktober 2016, telah mendorong pemerintah untuk mengevakuasi staf dan ribuan penduduk desa nonmuslim. Evakuasi khusus penduduk nonmuslim itu dilakukan karena pemberontakan berasal dari etnis minoritas muslim yang selama ini dengan jumlah mereka 1,1 juta jiwa diperlakukan sebagai imigran ilegal yang tak diakui negara sebagai warganya meski mereka sudah ratusan tahun tinggal di negeri tersebut.
Kehadiran pemberontak sebagai bela diri etnis Rohingya atas perlakuan tidak adil negara terhadap mereka cenderung memperburuk kebrutalan tentara Myanmar kepada warga Rohingya. ***

0 komentar: