SERANGGA kecil yang menjijikkan bagi banyak orang, kecoak alias lipas bin coro, di Tiongkok dibudidayakan dan perusahaan peternakannya menjadi bisnis raksasa dengan nilai penjualan setahun mencapai 4,3 miliar yuan atau 684 juta dolar AS, setara Rp9,918 triliun (kurs Rp14.500/dolar AS). Kevin Enoch dari VOA dikutip Medcom (15/12/2018) melaporkan, perusahaan itu menjual hasil olahan ekstrak hewan kaya gizi, terutama protein, dalam berbagai bentuk makanan dan minuman. Seperti minuman botolan tonik kesehatan mandarin yang disebut sebagai sari kecoak. Aslinya dahulu kala, ini merupakan sejenis obat tradisional Tionghoa yang sudah dikenal sejak ribuan tahun untuk penyakit tukak lambung dan luka pada kulit. Sekarang, dengan penduduk Tiongkok 1,3 miliar jiwa, peran kecoak sebagai bahan pengobatan juga berkembang. Menurut sebuah laporan resmi instansi pemerintah, lebih dari 40 juta pasien respiratory gastric sembuh dengan pengobatan ini lewat resep dokter. Peternakan itu melayani lebih dari 4.000 rumah sakit di seantero Tiongkok. Makanan utama kecoak yang jumlahnya lebih besar dari umat manusia di muka bumi itu adalah sampah dapur. Pengelolaan dalam ruang peternakan yang besar itu dilakukan oleh artifisial intelligent (AI), dari pembiakan hingga pengaturan koloni-koloni penggemukan maupun pemanenan kecoak dewasa. Stephen Chen di South China Morning Post melaporkan peternakan itu dioperasikan oleh Gooddoctor Pharmaceutical Group di Chengdu, Sichuan. Peternakan kecoak itu sebesar stadion sepak bola yang besar dengan keseluruhannya tertutup rapat, bahkan lebih rapat dari penjara sehingga tak seekor kecoak pun bisa lolos keluar. Setiap pengunjung harus berganti pakaian dengan mengenakan pakaian steril untuk mencegah polutan dan patogen. Sangat sedikit manusia yang bekerja dalam peternakan tersebut. Di semua balai, lantai dan dinding penuh kecoak. Zhu Chaodong, guru besar pemimpin studi evolusi serangga Institute of Zoology's pada Academy of Sciences, Beijing, mengatakan akan menjadi bencana besar bila miliaran kecoak itu tiba-tiba terlepas ke lingkungan masyarakat—baik itu akibat kesalahan manusia maupun akibat bencana alam, seperti gempa bumi yang merusak bangunan peternakan. Fasilitas itu di Xichang, kota dengan 800 ribu penduduk, jika suatu kecelakaan terjadi bisa amat mengerikan, ujar Zu. Berlapis pengaman harus disiapkan dan dijamin bekerja sempurna guna mencegah bencana bebasnya kecoak. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 23 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar