MANUSIA akan menghadapi bencana besar yang disebabkan oleh interaksi berbagai peristiwa alam yang disebabkan peningkatan suhu bumi, kata Erik Franklin, pakar Lembaga Biologi Kelautan Universitas Hawaii. "Semua ini sedang terjadi sekarang dan akan terus bertambah gawat," kata Franklin kepada AFP. Tingkat karbondioksida, gas metana, dan gas rumah kaca lainnya yang dihamburkan ke atmosfer telah memicu berbagai bencana alam yang menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Pemanasan suhu bumi memicu musim kemarau yang panjang, gelombang panas, dan kebakaran hutan seperti yang kini terjadi di California. Sebaliknya, di kawasan yang biasanya lebih basah, justru terjadi hujan lebat dan banjir. Di laut, peningkatan suhu memicu badai yang makin besar yang menimbulkan bencana karena permukaan air laut yang terus naik. Tahun lalu negara bagian Florida mengalami musim kering panjang, suhu panas yang mencapai rekor, lebih dari 100 kebakaran hutan, dan badai Michael yang paling kuat pernah menghantam kawasan itu. Kemungkinan menghadapi berbagai bencana alam sekaligus, menurut profesor Camilo Mora dari Universitas Hawaii, bergantung pada apakah manusia bisa mengurangi emisi gas-gas rumah kaca dengan cepat. (Kompas.com, 26/11/2018) Ironisnya, Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian iklim Paris 2015 yang ditandatangani 190 negara untuk membatasi emisi karbon. Padahal, AS pemilik cerobong asap pabrik dan emisi karbon lainnya terbesar di dunia. Laporan terbaru dari otoritas AS, National Climate Assessment (AFP, 23/11/2018) menyebutkan perubahan iklim akan menelan biaya ratusan miliar dolar AS setiap tahunnya, kecuali jika ada tindakan drastis yang diambil untuk mengurangi emisi karbon. Disusun oleh lebih dari 300 ilmuwan, penilaian iklim nasional keempat volume II itu sebagai laporan mandat kongres yang lebih dari 1.000 halaman. Isinya menegaskan jika tidak ada upaya mitigasi, perubahan iklim diperkirakan menyebabkan kerugian yang terus meningkat terhadap infrastruktur dan properti AS, serta menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Dampaknya akan meluber ke ranah perdagangan global, memengaruhi harga impor dan ekspor dan bisnis AS dengan luar negeri serta rantai pasokan. Beberapa dampak tersebut telah dirasakan AS, termasuk cuaca ekstrem dan peristiwa terkait iklim. Namun, Trump dan kabinetnya meragukan perubahan iklim, dengan alasan penyebab dan dampaknya belum diketahui pasti. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar