KOTA Surabaya terpilih sebagai kota terpopuler secara daring di Guangzhou International Award 2018. Kemenangan diraih setelah terungkap, saat bumi kian membara dalam pemanasan global, Kota Pahlawan itu justru dalam 15 tahun terakhir menjadi lebih dingin 2 derajat Celsius. Kemenangan Surabaya pada kategori City of Your Choice dipastikan setelah voting daring ditutup pada Jumat (7/12) sore. Surabaya di peringkat I dengan 1.504.535 suara. Di posisi 2 Kota Yiwu, Tiongkok, dengan perolehan 1.487.512 suara. Tempat ketiga diraih Kota Santa Fe, Argentina, dengan 863.151 suara. Sehari sebelumnya (Kamis 6/12), di depan 400 juri dan 14 finalis The Guangzhou International Award 2018 di Tiongkok, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan perkembangan Kota Surabaya menuju kota sustainable development goals. Menurut Risma, 15 tahun lalu, pada 2003, Surabaya mengalami masalah besar terkait sampah. Saat itu, Surabaya dikenal sebagai kota yang panas, kering, dan sering banjir ketika musim hujan. Hampir 50% dari total wilayah Surabaya banjir kala itu. "Mengatasi masalah ini, kami mengajak partisipasi masyarakat yang kuat untuk bekerja bahu-membahu dengan pemerintah kota melakukan pengelolaan limbah. Sebab, kami memiliki masalah besar untuk diselesaikan, tetapi dengan anggaran terbatas yang tersedia," kata Risma. (Kompas.com, 8/12) Risma kemudian berinisiatif menciptakan berbagai program dan kebijakan tanpa membebani anggaran lokal yang terbatas. Ia bimbing masyarakat mengelola sampah secara mandiri dengan konsep reuse, reduce, dan recycle (3R). Metode pengomposan sederhana dengan biaya rendah diperkenalkan ke masyarakat. Warga mendirikan bank sampah, orang bisa menjual sampah anorganik. Banyak bahan dari sampah bisa digunakan kembali untuk dekorasi kampung, pot bunga, hingga pohon natal. Warga juga mendaur ulang sampah anorganik yang bernilai ekonomis untuk dijual. Pemkot Surabaya membangun 58 waduk dan 28 ribu hektare hutan bakau di pesisir, untuk melindungi kota dari banjir. Juga menanam ribuan pohon untuk membuat hutan kota dan 420 taman kota. Sebagai hasilnya, warga dapat menikmati peningkatan indeks kualitas udara dan air, mengurangi volume limbah rumah tangga, mengurangi area banjir dari hampir 50% menjadi 2% hingga 3%, serta penurunan tingkat penyakit dan penurunan suhu rata-rata 2 derajat Celsius. Semua itu membuat kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, serta berkelanjutan. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 16 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar