KEPALA Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbaal mengingatkan dampak positif dan negatif internet menjelang tahun politik. "Internet menjadi sarana komunikasi ideal jarak jauh. Internet juga memunculkan sengkuni-sengkuni baru, yakni kejahatan siber, penyebar hoaks, dan black campaign. Eskalasinya meningkat menjelang pesta demokrasi," ujar Iqbaal. Ia menyampaikan itu dalam konsolidasi dan evaluasi multimedia dan humas di Mabes Polri, Jakarta, Senin (17/12/2018). Menurut Iqbaal, sekitar 50% penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. "Hal ini membuat divisi humas harus meningkatkan pelayanan keamanan. Sebab, tidak bisa dimungkiri, situasi di dunia maya berdampak ke dunia nyata," paparnya. (Medcom.id, 17/12) Pada era informasi dewasa ini, dengan medium internet dan media sosial, pengamanan dunia maya justru menjadi prasyarat pengamanan di dunia nyata. Soalnya, gejala konflik politik, sosial dan ekonomi, gesekan awalnya sering mencuat di dunia maya. Sehingga, dengan pengamanan di dunia maya sekaligus menyelesaikan sebagian masalah di dunia nyata. Bahkan, suatu gejala yang bisa diatasi ketika memcuat di dunia maya, sekalian mencegah menetasnnya kasus tersebut menjadi masalah di dunia nyata. Pengendalian isu selagi masih di dunia maya memang cukup penting, agar isu-isu negatif yang beredar tidak lantas menyulut konflik adu fisik di dunia nyata. Pengendalian isu itu lebih penting lagi dalam menghadapi kemunculan sengkuni-sengkuni baru yang kerjanya mengeruhkan suasana dengan penyebaran hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan kampanye hitam yang mengadu domba. Sengkuni adalah patih kerajaan Astinapura, otaknya tak henti dari usaha mengecundangi keluarga Pendawa, Samiaji, dan adik-adiknya. Bahkan setelah dengan cara licik mereka berhasil merebut dan menguasai kerajaaan dari keluarga Pendawa sebagai pewaris yang sah, selalu ada saja akal-akalan Sengkuni dan keluarga Kurawa untuk mencelakakan keluarga Pendawa. Jadi, kalau Iqbaal menyebut kemunculan sengkuni-sengkuni baru, mereka itu adalah orang-orang yang tak senang melihat negara yang diasumsikam sebagai Pendawa ini aman, damai, rukun dan sejahtera. Otaknya berputar mencari-cari masalah, membuat kegaduhan. Pokoknya tidak senang kalau rakyat tenteram. Dikarang-karanglah cerita yang menakutkan rakyat, atau dibuatlah sandiwara-sandiwara konyol playing victim, seolah dirinya korban adanya permusuhan di antara rakyat. Padahal, rakyat hidup serbarukun dan damai.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar