Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Mitigasi Bencana versi Rakyat!

TSUNAMI Banten-Lampung 22 Desember 2018 menyisakan catatan tentang mitigasi bencana versi rakyat. Begitu gelombang pasang yang naik oleh terang bulan seketika surut, warga pesisir dari Telukbetung, Panjang, sampai Kunjir, Kalianda Bawah, Canti, dan Rajabasa mengungsi ke bukit. Tidak lama kemudian, tsunami setinggi empat meter menerjang. Mungkin itu sebabnya, jumlah korban tsunami di Lampung telatif lebih kecil dari di Banten. Padahal, sepanjang pesisir pantai Lampung Selatan perumahan penduduk cukup padat, utamanya dari Kunjir, Kalianda Bawah, Canti, dan Rajabasa. Sedangkan di Banten rumah penduduk di pesisir tak sepadat Lampung, kebanyakan telah menjadi kawasan wisata. Ketinggian tsunami sekitar empat meter itu diketahui dari WA teman anak dari rumahnya di Kunjir. Keluarga mereka telah mengamankan diri di lantai tiga rumahnya saat gelombang pasang mulai naik, tiba-tiba terdengar ada terjangan tsunami di lantai dua rumah mereka. Dari cahaya kilat di padamnya listrik, terlihat rumah-rumah di sekitar luluh lantak. Tak lama setelah itu, meski WAG masyarakat telah ramai dengan tsunami di Kalianda dan kiriman kabar para pengungsi di bukit kepada sanak saudara di lokasi lain bahwa dirinya selamat, muncul posting pemberitahuan BMKG di detiknews (22/12/22.45) itu bukan tsunami, melainkan gelombang tinggi pasang terang bulan. Warga diminta tetap tenang. Warga di pengungsian yang rumahnya porak poranda diterjang tsunami heran membaca pemberitahuan BMKG itu. Tapi sesaat kemudian pimpinan BMKG meralat kesalahan itu lewat konferensi pers dan membenarkan ada tsunami. Penyebabnya masih diduga akibat ledakan Gunung Anak Krakatau. Lain kali mungkin, kalau warga rumahnya telah porak poranda diterjang tsunami, BMKG bukan meminta rakyat tenang, melainkan: Harap Waspada! Artinya, mitigasi bencana yang sudah dijalani rakyat dengan tepat waktu, tidak pula dituding hanya isu. Tampak, ketika tsunami Banten-Lampung ada kelemahan deteksi dini BMKG dan lembaga terkait. Apa pun penyebabnya, warga yang tak menyadari gejala bencana dan tidak segera ikut mengungsi telah menjadi korban. Terbukti, mitigasi bencana yang terbaik adalah ketika warga menyadari adanya petunjuk ancaman bencana dan mereka melakukan sendiri secara benar apa yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan diri. Alangkah lebih baik lagi jika mitigasi bencana versi rakyat itu didukung peringatan dini dengan teknologi dan pengetahuan mutakhir yang disampaikan tepat waktu.

0 komentar: