GAMBARAN suram ekonomi Uni Eropa (UE) dari Mario Draghi, Gubernur Bank Sentral UE akhir Januari 2019 lalu, realitasnya mencuat berupa terjebaknya ke dalam jurang resesi negeri produsen mobil-mobil supermahal Ferrari dan Lamborghini, Italia. Pada kuartal IV 2018 perekonomian Italia terkontraksi (tumbuh minus) 0,2%. Dikutip Kompas.com dari BBC (1/2/2019), berdasar pada data terbaru yang dirilis lembaga statistik Italia Istat, angka tersebut lebih dalam dibanding dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya, 0,1%. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte menyatakan kontraksi ekonomi kemungkinan besar berlanjut pada tahun 2019 ini. Sementara itu, data resmi Uni Eropa menyebut pertumbuhan ekonomi di 19 negara anggotanya masih lemah. Pada kuartal IV 2018, pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa hanya mencapai 0,2%, sama dengan kuartal sebelumnya. Data tersebut dirilis lembaga statistik Eurostat. Dalam data itu terlihat pula pertumbuhan ekonomi di 28 negara Uni Eropa secara keseluruhan mencapai 0,3% pada kuartal terakhir 2018. Krisis ekonomi Italia sudah berlangsung sejak medio 2018, ditandai dengan pengangguran 28%, terbelit masalah birokrasi dan nepotisme yang rumit, serta buruknya infrastruktur di sebagian wilayah negerinya. Mengutip deuts-welle (26/10/2018), para pengusaha mengatakan Italia tidak lagi kompetitif karena terlalu banyak birokrasi yang rumit. Gian Maria Gros-Pietro, mantan kepala operator jalan tol terbesar Italia mengungkap buruknya birokrasi, makan waktu sangat lama, misalnya, untuk memperoleh izin bangunan. Dan akan memakan waktu lebih banyak jika harus pergi ke pengadilan. "Kita membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan hal-hal di Italia. Dan itu merupakan faktor biaya yang dianggap perusahaan sebagai hambatan untuk berbisnis di Italia," ujar Gros-Pietro. Siapa yang ingin lebih cepat mencapai tujuan harus punya uang lebih banyak. Korupsi dan nepotisme memperlambat perekonomian Italia, kata Tatjana Eifrig, analis pada bank swasta di Roma. Menurut dia salah satu masalah utama yang lain adalah infrastruktur. Semua yang terletak di selatan Napoli, sangat sulit diakses melalui jalan darat. Rupanya, kondisi yang menjebak Italia dalam resesi mirip Indonesia sebelum dibenahi Jokowi dengan deregulasi dan debirokratisasi hingga 16 paket kebijakan, dan membangun infrastruktur utamanya di Kawasan Timur Indonesia. Jika tanpa kebijakan tersebut, jangan-jangan Indonesia mendahului Italia masuk resesi.***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar