PARA pakar matematika di Italia menciptakan neural pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bernama Hopfield yang bisa tidur dan bermimpi seperti manusia. Tidur dan bermimpi merupakan salah satu proses terbaik yang bisa dialami manusia. Menurut penelitian, tidur dan bermimpi membantu menjaga kesehatan otak karena merapikan hubungan-hubungan sinapsis yang tidak kita perlukan. Dengan demikian, otak tidak kelebihan memori yang tak dibutuhkan. Proses yang disebut homeostatis sinapsis itu rupanya yang diaplikasikan para pakar matematika di Italia dalam neural buatan Hopfield. Kemampuan itu diberikan para pakar karena AI Hopfield memiliki kapasitas menyimpan yang terbatas. Nah, waktu tidur Hopfield akan memilah-milah memorinya dan melupakan yang tidak penting. Para pakar menulis dalam laporannya di jurnal Neural Networks, seperti dikutip Kompas-Sains dari Science Alert (15/2/2019), mereka terinspirasi dari mekanisme tidur dan bermimpi dalam otak mamalia. Mereka mengusulkan kelanjutan dari model tersebut untuk melakukan mekanisme belajar online standar (bangun) serta mekanisme konsolidasi dan melupakan offline (tidur). Secara khusus, para peneliti terinspirasi oleh proses tidur rapid-eye movement (REM) yang penting bagi manusia untuk melupakan dan tidur gelombang lambat yang penting untuk mengonsolidasikan memori. Untuk menguji Hopfield, para peneliti melakukan berbagai simulasi. Hasilnya, luar biasa. Tanpa tidur, kapasitas mengingat jaringan neural hanya q=0.14, q menandakan jumlah bits yang disimpan per sinaps. Angka ini naik ketika ia diperbolehkan tidur. Bahkan secara teori angka itu bisa naik sampai q=1. Melihat hasil tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa AI juga butuh tidur untuk meningkatkan performanya. Pakar matematika, Adriano Barra, dari University of Salento mengatakan mereka percaya bahwa proses kognisi—walaupun pembelajaran dan metode pengambilan memori tetap memegang peran penting—dan tidur adalah sebuah kewajiban bagi kecerdasan buatan sebagaimana kecerdasan biologis. Dengan perkembangan yang terjadi pada kognisinya, berarti AI juga tumbuh makin pintar. Hal itu terjadi pada AI bernama Zero Trust di Tiongkok. Setelah menggali big data sejak 2012, ia menjadi sangat ahli dan tidak kenal kompromi dalam menangkap koruptor. Zero Trust mengungkap 8.721 pegawai negeri yang terlibat korupsi. Namun, akhirnya ia dibunuh oleh sejumlah pegawai negeri yang terancam.***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar