RUPIAH Kamis (31/1) mencoba masuk dan bertahan di Rp13.000-an per dolar AS sejak siang hingga sore. Setelah pagi dibuka pada kurs Rp14.060/dolar AS, sejak pukul 11.30, rupiah menguat ke level Rp13.970/dolar AS, hingga sore bertahan di Rp13.964/dolar AS. Otot penguatan rupiah hari itu didapat dari pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, yang mengindikasikan tidak ada lagi kenaikan suku bunga acuan The Fed dalam waktu dekat. "Alasan untuk menaikkan suku bunga telah melemah," ujarnya seperti dikutip Kompas.com menyadur dari CNBC, Kamis (31/1/2019). Itu Powell kemukakan dalam konferensi pers hasil pertemuan dua hari Federal Open Market Comittee (FOMC), Rabu (30/1/2019) waktu AS. Pernyataan tersebut diberikan setelah FOMC memutuskan untuk menahan suku bunga di level 2,25% hingga 2,5%. Anggota komite juga berjanji akan melakukan pendekatan yang lebih sabar untuk menaikkan suku bunga ke depannya. Fed Fund Rate, ujar Powell, berada dalam kisaran normal bagi komite. Penguatan rupiah yang meninggalkan batas psikologis Rp14.000/dolar AS itu, menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, utamanya ditopang oleh derasnya masuk modal asing. Contohnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak pagi dibuka IHSG langsung menguat 47,602 poin atau 0,74%, dengan menembus garis psikologis 6.500, tepatnya di level 6.511.791. "Dengan aliran modal asing yang masuk, supply akan meningkat dan pengaruhnya ke nilai tukar rupiah," ujar Gubernur BI. Masuknya modal asing melalui pasar modal dan Surat Berharga Negara (SBN) maupun obligasi korporasi, diperkuat lagi dengan direct foreign investment (DFI) yang tertarik oleh kondisi ekonomi yang kondusif, sekaligus juga akan memangkas defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD), sisa masalah dari tahun lalu. Hal lain yang meredam gejolak ekonomi global adalah pertemuan di AS pekan ini antara delegasi Tiongkok yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He, dengan delegasi AS yang dipimpin Robert E Lighthizer. Pertemuan untuk mencari penyelesaian perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu. Bisa dipastikan perundingan itu alot. Tetapi di bawah lampu hijau untuk perbaikan kembali hubungan yang telah disepakati Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di Argentina akhir 2018, harapan timbul perang dagang perlahan akan mereda. Diperkuat lagi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (di atas 5%) dan inflasi rendah (3%), penguatan rupiah diharapkan bertahan.
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar