MENCEGAH shutdown pemerintahan berlanjut, pada 15 Februari saat jeda shutdown berakhir Presiden AS Donald Trump mengumumkan keadaan darurat nasional untuk membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko. Hal itu dia lakukan setelah proposalnya meminta dana untuk membangun tembok sebesar 5,7 miliar dolar AS atau Rp80 triliun ditolak Kongres. Ini adalah pertama kali seorang presiden menggunakan hak menyatakan keadaan darurat nasional untuk mengatasi penolakan Kongres terkait pendanaan proyek, kata pakar hukum. Pakar hukum mempertanyakan pandangan Trump yang menilai masalah imigrasi sebagai keadaan darurat nasional dan penyaluran dana militer untuk proyek nonmiliter. AFP seperti dikutip Kompas.com (16/2/2019) melansir, hanya selang beberapa jam setelah pengumuman Trump, gugatan hukum datang dari New York, California, dan Serikat Hak-hak Sipil. Pemerintahan Trump juga menghadapi penyelidikan dari komite Majelis Kehakiman. Selain itu, gugatan juga datang dari para pemilik lahan dan pemerintahan daerah di lokasi pembangunan tembok. Jaksa Agung New York menjadi orang pertama melayangkan gugatan hukum atas deklarasi Trump. Sementara Gubernur California siap menemui Presiden di pengadilan. "California akan menemui Anda di pengadilan," kata Gubernur California, Gavin Newsome. Trump sebelumnya mengatakan bahwa ia sepenuhnya yakin akan adanya gugatan hukum setelah dia mengumumkan situasi darurat nasional. Tetapi dia juga yakin jika dirinya akan meraih kemenangan. "Saya berharap untuk dituntut. Tapi sayangnya itu akan melalui semua proses dan kita akan menang," ujar Trump. Deklarasi keadaan darurat nasional tersebut dilandasi aturan UU Keadaan Darurat Nasional 1976, yang memungkinkan dibuatnya pernyataan darurat nasional jika memang ada alasan kuat. Tentu dengan keadaan darurat nasional itu Trump menambah masalah, setelah ia picu perang dagang yang membuat harga barang naik akibat tembok tarif sehingga penjualan ritel dan eceran anjlok. Barclays dan JP Morgan mencatat pelambatan ekonomi. Berdasar pada data anjloknya penjualan ritel 1,2% di Desember, terburuk sejak September 2009, dan data Departemen Perdagangan AS angka penjualan Eceran yang mengecualikan penjualan bensin turun 0,9%, ekonom JP Morgan memproyeksi PDB AS melambat jadi 2% dari hitungan sebelumnya 2,6%. Sementara ekonom Barclays menurunkan PDB jadi 2,1% dari proyeksi 2,8%. Itulah tanda-tanda kemenangan Trump dalam konflik tembok perbatasan dan perang dagang. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar