TIM peneliti Departemen Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar, di bawah pimpinan Dr Syahribulan, menemukan perubahan waktu aktivitas nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Selain itu, virus dengue juga berevolusi. Kini, sesuai surat elektronik Syahribulan (30/1/2019) dikenal ada empat strain; Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Peneliti menyebutkan, sebelumnya penelitian di Semenanjung Malaysia menunjukkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ditemukan mengisap darah dari senja hingga dini hari. "Hasil penelitian menunjukkan, waktu aktivitas mengisap darah nyamuk Aedes aegypti baik dengan menggunakan umpan orang dalam (UOD) maupun umpan orang luar (UOL) tertinggi pukul 17.00—18.00," tulis para peneliti. "Sebaliknya waktu aktivitas mengisap darah nyamuk Aedes albopictus menunjukkan perbedaan, dengan umpan orang dalam (UOD) tertinggi pukul 16.00—17.00, sedangkan dengan umpan orang luar (UOL) tertinggi pukul 09.00—10.00," sambung mereka. Aktivitas terendah kedua nyamuk terjadi pada pukul 12.00—14.00. Di luar waktu tertinggi dan terendah aktivitasnya itu, kedua nyamuk ditemukan mengisap darah pada malam hari pukul 18.00—20.00. (Kompas.com, 30/1/2019) Para peneliti juga menggaris bawahi, nyamuk Aedes albopictus lebih banyak beraktivitas pada pagi hari. Sebaliknya, Aedes aegypti pada sore hari. Selain itu, kedua nyamuk punya tempat mengisap darah yang berbeda. Aedes aegypti banyak mengisap darah di dalam rumah, Aedes albopictus di luar rumah. R Tedjo Sasmono, peneliti senior nyamuk dari Lembaga Biologi Molekular Eijkman Kemenristek Dikti, mengatakan virus dengue juga berevolusi secara alami. Hal itu merupakan salah satu ciri virus RNA yang cepat mengalami mutasi. "Akan tetapi mutasi virus dengue tidak selalu menyebabkan virulensi," ujar Tedjo. Hal itu karena ada teori kompensasi, virus harus mengatur virulensinya supaya tidak membunuh inangnya. Apabila banyak inang yang mati, penyebaran virus itu sendiri akan terhambat. Virulensi virus dengue karena variasi genetik sebelumnya pernah dilaporkan di Amerika Latin saat terjadi introduksi virus dengue dari Asia ke daerah tersebut. Wabah yang terjadi saat itu menyebabkan keparahan penyakit di Amerika Latin. "Namun, sejauh pengetahuan kami yang meneliti genetika virus dengue di Indonesia, kami belum berhasil menemukan mutasi virus dengue yang menyebabkan meningkatnya keparahan penyakit di Indonesia," tambah Tedjo. ***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar