HARGA tiket pesawat Garuda Indonesia Group (Garuda, Citilink, Sriwijaya Air, NAM Air) turun 20% mulai Kamis, 14 Februari 2019. Menurut Dirut Garuda Ari Askhara, penurunan tarif tiket ini merupakan tindak lanjut dari inisiasi awal Indonesia Nasional Air Carrier Association (INACA) yang sebelumnya baru berlaku di beberapa rute penerbangan. "Hal tersebut sejalan dengan aspirasi masyarakat dan sejumlah asosiasi industri nasional serta arahan Bapak Presiden RI mengenai penurunan tarif tiket penerbangan dalam mendukung upaya peningkatan sektor perekonomian nasional. Khususnya, untuk menunjang pertumbuhan sektor pariwisata, UMKM, hingga industri nasional lain, mengingat layanan transportasi udara memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan perekonomian," ujar Ari. (Kompas.com, 14/2/2019) Ari menambahkan keputusan ini diambil sejalan dengan sinergi positif seluruh sektor penunjang layanan penerbangan dalam memastikan tata kelola industri penerbangan yang tepat guna, baik dari aspek aksesibilitas masyarakat terhadap layanan transportasi udara maupun business sustainability maskapai penerbangan di Indonesia. Harga tiket pesawat Garuda Indonesia Group naik signifikan menjelang Natal dan Tahun Baru lalu. Biasanya seusai event yang bisa dijadikan alasan untuk menaikkan harga tiket pesawat, kemudian turun lagi. Tapi, kali ini tidak demikian. Itu menyulut protes dari segala penjuru, terutama dari Aceh karena mereka untuk ke Jakarta harus lewat Kuala Lumpur cari penerbangan murah. Terakhir protes dari para pengusaha hotel langsung kepada Presiden Jokowi. Presiden pun membenahi bisnis penerbangan, antara lain dengan mengakhiri monopoli Pertamina dalam pengadaan avtur di bandara. Ari Askhara pernah menyebut porsi avtur mencapai 40%—45% dari biaya operasional. Tapi, sebenarnya harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta tak jauh berbeda dari bandara lain di luar negeri. Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengungkap pada November 2018 harga avtur di Bandara Soetta 107,70 dolar AS/barel, di Changi Singapura 102,10 dolar, di KLIA Malaysia 103,50 dolar, di Hong Kong 103,80 dolar, di Bangkok 105,20 dolar, dan di Schiphol 107,10 dolar. Artinya, kalau hanya dari penyesuaian harga avtur, penurunan harga tiket tidak bisa sejauh itu (20%). Sehingga, bisa diasumsikan, Garuda Indonesia Group melakukan efisiensi secara komprehensif di semua lini manajemen. Efisiensi ini, jika tepat, dalam jangka panjang justru menjadi penyehat perusahaan.***
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
0 komentar:
Posting Komentar