Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 31-03-2020
Grafik Rupiah, IHSG, Barbalik Naik!
H. Bambang Eka Wijaya
DI balik tekanan berat dampak virus Corona terhadap ekonomi nasional, luncur penurunan grafik kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu dari dasar berbalik arah naik membentuk huruf "V".
Pada penutupan Jumat (27/3) rupiah menguat 135 poin (0,83%) menjadi Rp16.170 per dolar AS, dibanding penutupan Kamis Rp16.305.
Demikian pula IHSG, Jumat sore ditutup pada level 4.545,57, naik 4,7% atau 206,66 poin dibanding penutupan Kamis pada 4.338.9.
Berbalik arahnya grafik kurs rupiah dan IHSG dari tren negatif menjadi positif itu mengikuti tren global berakhirnya pesimisme bahwa dampak Corona terhadap ekonomi sukar diatasi. Tren baru yang muncul dan berbalik menjadi tren positif bertolak dari keyakinan bahwa dampak Corona terhadap ekonomi akan bisa diatasi masyarakat dunia.
Optimisme tersebut tumbuh didorong kenyataan banyak negara yang jor-joran mengalokasikan dana untuk melawan Corona. Khususnya dana menanggulangi dampaknya terhadap ekonomi.
Kongres AS menyetujui pengucuran dana melawan virus Corona sebesar 2 triliun dolar atau sekitar Rp32.000 triliun, dan bisa ditingkatkan hingga 6 triliun dolar. Dengan dana sebanyak itu, jaring pengaman sosial disiapkan untuk setiap keluarga sebesar 3.000 dolar atau sekitar Rp48 juta.
Dengan jor-joran dana dari banyak negara tersebut, pasar optimis dampak Corona terhadap perekonomian bisa diatasi. Setidaknya ancaman rush di pasar kebutuhan pokok bisa dicegah. Sebab, daya beli rakyat lapisan kritis sudah diamankan oleh beragam jaring pengaman sosial.
Untuk Indonesia misalnya, berbagai bantuan ditungkatkan baik jumlah maupun frekuensi penyalurannya. Menurut Mensos Juliari Batubara di Metro TV Kamis malam, BPNT yang sebelumnya Rp150 ribu setiap keluarga per bulan, ditingkatkan jadi Rp200 ribu. PKH yang sebelumnya disalurkan per triwulan, mulai April jadi setiap bulan.
Penerima bantuannya, selain yang telah terdaftar selama ini, akan diperluas pada komunitas-komunitas lain yang terdampak, seperti driver Ojol, pedagang kaki lima dan sektor informal lainnya. Bahkan dana Kartu Pra Kerja Rp10 triliun yang semula untuk latihan kerja dan sejenisnya, juga dialihkan ke jaring pengaman sosial.
Namun demikian, optimisme pasar itu tak sepenuhnya terlepas dari tren penanggulangan krisis virus Corona itu sendiri. Kalau proses penanganannya oleh pemerimtah terkesan kurang efektif, optimisme tersebut juga cukup sensitif untuk mudah berbalik jadi pesimis. ***