Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

IHSG 5.300, Rupiah 14.200/dolar!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 03-03-2020
IHSG 5.300, Rupiah 14.200/dolar AS!
H. Bambang Eka Wijaya

JUMAT (28/2) Coronavirus (Covid-19) 'memapar' Indeks Harga Saham Gubungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga merosot ke level 5.311,96. Sementara Rupiah pada kurs referensi Bank Indonesia (Jakarta Inrerbank spot dollar rate/Jisdor) berada di posisi Rp14.234 per dolar AS.
Data Bloomberg, IHSG pada 31 Desember 2019 ditutup di level 6.229,54. Sehingga, year to date (ytd) IHSG merosot 917,58 poin atau 14,73%. Sedangkan kurs rupiah akhir tahun itu ditutup pada 13.840/dolar AS, ytd merosot 394 poin atau 2,85%. Penting dicatat, pada medio Januari 2020 rupiah sempat menguat pesat ke 13.600/dolar AS, hingga Presiden Jokowi khawatir bisa mengganggu ekspor.
Tampak, sengatan Covid-19 ke IHSG telak. Kalau tak ada kebijakan efektif yang bisa mengatasinya, IHSG bisa terus melorot ke level di bawah 5.000. Sementara rupiah, sekalipun persentase kemerosotannya terlihat kecil, namun telah melampaui batas psikologis Rp14.000/dolar AS. Ini yang membuat kemerosotan rupiah terasa lebih menyesak.
Kebijakan terkait kurs rupiah, mungkin bisa diambil BI dengan berbagai cara, antara lain intervensi pasar. Namun, bagaimana dengan IHSG, pelaku pasar yang berpengaruh dalam pergerakan indeksnya lebih ditentukan oleh investor asing. Justru mereka yang terlalu khawatir dengan Covid-19.
Investor asing itu sendiri semakin tertekan oleh kondisi global yang juga semakin memburuk kekhawatirannya terhadap virus Corona. Menurut Bank of America Global Research, pukulan wabah virus Corona ke Tiongkok menjadi pemberat utama pertumbuhan ekonomi global untuk pertama sejak krisis 2008-2009 tidak mencapai angka 3%.
Para ekonom Bank of America menyatakan, perang dagang AS-Tiongkok, ketidakpastian politik, serta pelemahan ekonomi Jepang dan beberapa negara Amerika Selatan juga memberi dampak pada lemahnya pertumbuhan ekonomi global.
"Berlanjutnya disrupsi di Tiongkok akan melukai rantai pasok global. Lemahnya pergerakan turis akan menjadi faktor buruk lainnya bagi Asia," kata ekonom Bank of America Aditya Bhave. (Kpmpas.com, 28/2)
Menurut Bhave, penyebaran virus Vorona secara terbatas di Italia dan negara-negara lainnya, memaksa karantina lebih meluas. Akhirnya, keyakinan terhadap pertumbuhan ekonomi global semakin redup.
Bank of America juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai 5,2% pada 2020, dibandingkan 5,9% pada 2019. Pertumbuhan ekonomi global termasuk Tiongkok diproyeksi hanya 2,2%, terendah sejak krisis global. ***

0 komentar: