Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 27-03-2020
Corona, Makhluk Kecil dan Lemah!
H. Bambang Eka Wijaya
VIRUS Corona itu makhluk kecil dan lemah. Kecil, hanya 150 Nano: 1 meter satu juta Nano. Lemah, ia mati pada suhu 27 derajat Celcius. Namun, kehadirannya mengingatkan para penguasa, yang kecil dan lemah itu jangan diremehkan. Karena bisa merepotkan, penguasa bisa dibuat jadi pecundang.
Apalagi virus Corona yang oleh WHO diberi nama Covid-19. Seperti diunggah Hermansyah, Ketua PWI Sumut ke WAG Warga PWI (24/3), si kecil Corona bisa mengalahkan tujuh miliar manusia di bumi yang luasnya ratusan juta hektar.
Corona menutup bar, klub malam, rumah bordil, kasino, tempat orang berbuat maksiat.
Corona membawa keluarga kembali ke dalam rumah dan tinggal di rumah, melakukan aktivitas bersama di rumah, serta hidup sederhana. Sekaligus nengajari kita agar tidak jajan dan makan sembarangan di luar.
Corona membawa manusia banyak berdoa dan berharap pada-Nya, dan tidak semata-mata mengabdalkan sains dan teknologi.
Corona memberi kesempatan kepada kita untuk menyadari bahwa kematian itu nyata dan dekat dengan kita. Corona membangunkan kita pada kenyataan untuk meminta pengampunan dan pertolongan-Nya.
Corona menurunkan suku bunga bank yang mencekik. Corona memindahkan alokasi anggaran militer menjadi anggaran perawatan kesehatan.
Corona mengecundangi para diktator dunia yang selama ini sombong luar biasa. Corona juga membungkam kesombongan negara yang menganggap dirinya paling hebat tak terkalahkan. Corona pun memaksa negara memperhatikan rakyatnya.
Corona mengajarkan kita cara bersin, menguap, dan batuk yang baik dan benar.
Corona menyadarkan kita bahwa apa yang kita miliki adalah milik Tuhan yang bisa diambil kapan saja.
Setiap peristiwa membawa hikmah, pelajaran penting bagi setiap kita untuk berbenah, menyadari kekurangan dan kelemahan diri, serta berusaha untuk memperbaikinya secara terus-menerus. Berusaha, agar hari esok lebih baik dari hari ini.
Maksudnya, episoda Covid-19 merupakan kawah Candradimuka membakar semua sifat dan tabiat buruk manusia. Seperti sifat penguasa yang kejam, penindas rakyat. Lalu menggantinya dengan yang baik, menjadi perhatian dan sayang rakyat. Membuat aturan bukan mengurangi hak-hak rakyat semata demi menyenangkan kapitalis. Tapi sebaliknya, membuat aturan yang melindungi rakyat dari nafsu serakah para kapitalis dan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai amanat konstitusi.
Dengan berpikir positif begitu, Covid-19 hadir sebagai hikmah yang membawa maslahat bagi bangsa. ***
0 komentar:
Posting Komentar