Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Corona, KPAI Keluhkan Kemdikbud!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 24-03-2020
Corona, KPAI Keluhkan Kemdikbud!
H. Bambang Eka Wijaya

KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengeluhkan Kemdikbud dan Dinas-Dinas Pendidikan yang tidak mengedukasi terlebih dahulu para guru dan sekolah sebelum membuat kebijakan belajar di rumah, sehingga anak-anak jadi kelelahan diberi PR bertumpuk.
"Semestinya ada petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) seperti apa belajar di rumah dengan metode daring," tulis KPAI dalam press release yang ditandatangani Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti, pekan lalu.
"Kalau sudah ada persiapan maka semestinya tidak terjadi penumpukan tugas yang justru memberatkan anak-anak," ujarnya.
KPAI menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stress karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya.
Kemungkinan besar para guru memahami home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online. Alhasil para siswa dan orangtua mengeluh.
Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari satu jam. Akibatnya tugas semakin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan.
Padahal, maksud belajar dari rumah sesungguhnya adalah memberikan aktivitas belajar rutin kepada para siswa agar tetap terbiasa belajar menjaga keteraturan. Karena, keteraturan itu penting bagi anak-anak agar ketika masuk sekolah kembali semangat belajarnya tidak padam dan materi pelajaran tidak tertinggal.
Jadi, ritmenya bisa diatur, bukan malah membuat anak tertekan, perasaan tertekan dan kelelahan justru bisa berdampak pada penurunan imunitas pada tubuh anak.
Atas semua itu, KPAI merekomendasikan, pertama, dalam memberikan tugas kepada siswa harus terukur dikerjakan maksimal 30 menit, tidak boleh lebih. Jadi kalau dalam bentuk soal, guru bisa mengukur berapa soal diberikan.
Kedua, tugas diberikan tidak secara berbarengan, tapi rumpun mata pelajaran bersepakat menentukan hari pemberian tugas agar para siswa tidak kewalahan.
Ketiga, guru harus kreatif dalam memberikan penugasan, tidak melulu dalam bentuk soal. Bisa tugas yang menyenangkan, misal membaca novel atau cerita tertentu tiga hari, kemudian menuliskan sinopsisnya. Atau diminta merawat suatu tanaman, lalu menceritakan dalam tulisan mengenai tanaman tersebut, dari bentuk dan warna daunnya, spesiesnya, manfaat atau nilai ekonomisnya. ***

0 komentar: