Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 12-03-2020
Harga Minyak Dunia Anjlok 30%!
H. Bambang Eka Wijaya
HARGA minyak mentah dunia anjlok 30% dipicu kegagalan OPEC mencapai kesepakatan mengenai pengurangan produksi. Dalam pertemuan OPEC dan Rusia di Wina pekan lalu, Arab Saudi dan Rusia bersikeras menolak pengurangan produksi sesuai dampak Corona.
Arab Saudi dilaporkan justru memangkas harga dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi minyaknya dari 9,7 juta barel menjadi 12,5 juta barel per hari (bph). Sikap keras kedua negara penghasil minyak utama dunia--Saudi-Rusia--itu memicu perang harga.
Menurut CNBC Senin (9/3/2020), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 30% menjadi 31,02 dolar AS per barel, terendah sejak Februari 2016.
Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 27% menjadi 30 US dolar per barel, juga terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI pada jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.
Sabtu lalu Arab Saudi mengumumkan diskon besar-besaran harga jual minyaknya untuk April. Saudi kini memompa produksi 9,7 juta barel per hari, dengan terus meningkatkan mencapai kapasitas produksinya hingga 12,5 juta barel per hari.
"Kami melihat perang harga minyak OPEC dan Rusia dimulai akhir pekan lalu, ketika Arab Saudi secara agresif memotong harga di mana ia menjual minyak mentahnya paling banyak dalam setidaknya 20 tahun," kata analis Goldman Sachs, Damien Courvalin dalam catatannya.
"Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih mengerikan daripada November 2014, ketika perang harga seperti itu dimulai. Kejatuhan permintaan minyak juga karena Virus Coona," tambahnya.
Goldman memangkas prediksi harga minyak Brent pada kuartal kedua dan ketiga menjadi 30 dolar AS per barel, dan harga bisa turun ke posisi 20-an dolar AS per barel. (Liputan-6, 9/3)
Dalam pertemuan Wina pekan lalu OPEC merekomendasikan pengurangan produksi tambahan 1,5 juta barel per hari mulai bulan April dan berlanjut hingga akhir tahun. Tapi Rusia menolak pemotongan tambahan rekomendasi OPEC itu.
"Mulai 1 April kami mulai bekerja tanpa mempedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya," ujar Menteri Energi Rusia, Alexander.
"Minyak berada pada posisi 20 dolar AS pada tahun 2020 mungkin akan terjadi," kata Ali Khedery, mantan penasihat senior Timur Tengah, Exxon.
Ini pendekatan drastis dari Arab Saudi, khususnya untuk mengatasi kelebihan produksi yang kronis," ujar John Kilduff dari Capital Again.
Namun Grup Eurasia percaya, Saudi dan Rusia akhirnya akan mencapai kesepakatan. ***
0 komentar:
Posting Komentar