Artikel Halaman 8, Lampung Post Selasa 10-03-2020
Corona Perlonggar Ekonomi Global!
H. Bambang Eka Wijaya
COVID-19 telah berhasil memutus rantai pasok industri global. Ekonomi global yang sudah sesak napas oleh tekanan perang dagang dan proteksionisme, semakin megap. Bank-Bank Sentral pun, dari BI hingga The Fed buru-buru memperlonggar moneter agar perekonomian terhindar dari resesi.
BI setelah 20 Februari 2020 memangkas suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4%, dilanjutkan awal Maret dengan kebijakan lima jurus mengatasi dampak Corona, salah satunya triple intervensi: di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN.
Sementara itu, Bank Sentral AS atau lazim disebut The Fed, yang seharusnya Rapat Dewan Gubernur 17-18 Maret, pada Selasa (3/3/2020) tiba-tiba memangkas suku bunga acuannya 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%.
Pemangkasan agresif tersebut merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial terjadi. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.
Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan, keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.
"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonokian," kata Powell. (CNBC-Indonesia, 4/3/2020)
Demikianlah realitas virus corona lewat memotong rantai pasok industri, secara tidak langsung mendorong pelonggaran kebijakan moneter dunia, menyelamatkan ekonomi dari resesi. Namun sejauh mana virus corona bisa meredakan perang dagang dan mengakhiri proteksionisme, tergantung sejauh mana krisis ekonomi global yang diakibatkan perang dagang dan proteksionisme itu sendiri akan terus memburuk.
Berdasar kemungkinan krisis yang masih akan terus memburuk, ekonom Goldman Sachs memprediksi pemangkasam suku bunga The Fed masih belum berakhir. Goldman memperkirakan akan ada pemangkasan lagi sehingga total di tahun ini suku bunga The Fed dipangkas 100 bps menjadi 0,5-0,75%.
Di Indonesia lain lagi ceritanya. Sekalipun BI heboh membuat berbagai kebijakan dan memangkas suku bunga acuan untuk melonggarkan moneter, suku bunga kredit bank selalu enggan beringsut turun. Untung saja, kebijakan BI selalu berhasil menahan laju pelemahan rupiah. ***
0 komentar:
Posting Komentar