Artikel Halaman 8, Lampung Post Rabu 19-08-2020
Cerita Data di Balik Deflasi Juli 2020!
H. Bambang Eka Wijaya
BADAN Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi Juli 2020 sebesar 0,10%. Dari Indeks Harga Konsumen (IHK) di 90 kota, 61 kota deflasi, 29 kota inflasi. Deflasi terjadi akibat harga barang dan jasa turun.
Turunnya harga itu bisa sesuai hukum ekonomi, permintaan turun sementara penawaran tetap atau naik. Pada turunnya permintaan harus dicari pengaruh daya beli masyarakat.
Itu bisa dilihat dari data, misal di Lampung. Nilai Tukar Petani Juli 2020 pada 92,99%. Terendah NTP subsektor perkebunan rakyat 89,2%. Dengan balans daya beli petani pada NTP 100, maka dengan NTP Juli 2020 itu daya beli petani minus 7% sampai minus 11%. Bisa diduga, dari mana datangnya deflasi 0,10% itu.
Demikian hitungan kasar gaya warung kopi. Meski meminjam data statistik, isinya bukan kajian statistika. Tapi sekadar mendapatkan gambaran kasarnya.
Lemahnya daya beli jadi pangkal masalah, karena pada kuartal II 2020, ekonomi kita mengalami kontraksi minus 5,32%. Layak dicermati, anjloknya pertumbuhan kuartal II 2020 itu terjadi dari pertumbuhan 2,97% pada kuartal I 2020.
Seberapa dalam sebenarnya nilai nyata anjloknya PDB pada kuartal II 2020 itu? Mengacu PDB RI per 31 Desember 2019 sebesar Rp15.833,9 triliun, setiap 1% PDB sebesar Rp158,33 triliun pada kuartal I 2020.
Dengan tumbuh 2,97% kali Rp158.33 triliun sama dengan Rp470,24 triliun, berarti PDB tahunan akhir Maret jadi Rp16.304,14 triliun. Setiap 1% bernilai Rp163,04 triliun.
Saat akhir kuartal II 2020 terjadi pertumbuhan minus 5,32% (yoy), atau kuartal ke kuartal (qtq) terjadi kontrsksi 4,19% kali Rp163,04 triliun, sama dengan Rp683.137 triliun. Sehingga PDB tahunan pada akhir Juni 2020 merosot jadi Rp15.621,00 triliun.
Itulah angka awal perjuangan kuartal III 2020 yang harus dipertahankan tak boleh turun lagi agar Indonesia tak masuk jurang resesi. Besarnya PDB triwulan itu yang harus dicapai untuk pertumbuhan nol persen adalah sebesar PDB triwulan II 2020 yakni Rp3.687,7 triliun.
Untuk mencapai itu awal kuartal III 2020 sudah tersedia dana bantalan penangkal resesi. Sisa jaring pengaman sosial per akhir Juni Rp131,4 ttiliun (203,9 triliun dikurangi pemakaian kuartal II sebesar 72,5 triliun). Dana stimulus pemulihan ekonomi nasional Rp695 triliun, dan dana bansos karyawan bergaji di bawah Rp5 juta Rp32 triliun. Total Rp858,4 triliun.
Kalau tak ada salah sasaran, meski ekonomi anjlok sebesar kuartal sebelumnya (Rp683,137 triliun), Indonesia bisa terhindar dari resesi. ***
0 komentar:
Posting Komentar