Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Saat Konsumsi Rumah Tangga Jeblok!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Kamis 27-08-2020
Saat Konsumsi Rumah Tangga Jeblok!
H. Bambang Eka Wijaya

KONTRIBUSI konsumsi rumah tangga setiap tahun mencapai 55-60% pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Pada kuartal II 2020, konsumsi rumah tangga jeblok hingga minus 5,51% (yoy), langsung menyeret pertumbuhan ekonomi menjadi minus 5,32%.
Kondisi ekonomi rumah tangga yang terpuruk disurvei Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan tema "Ekonomi Rumah Tangga Indonesia: Mitigasi dan Pemulihan", pada 10-31 Juli 2020.
Dari 2.258 responden aktif rumah tangga di 32 provinsi, 1.548 responden memenuhi syarat analisis sampel. 79,7% responden berstatus Rumah Tangga Pekerja, sisanya 20,3% Rumah Tangga Usaha.
Hasilnya, dampak terhadap rumah tangga pada kemampuan pengelolaan ekonomi rumah tangga, sebanyak 87,3% Rumah Tangga Usaha dan 64,8% Rumah Tanngga Pekerja merass mengalami kesulitan keuangan.
"Sebaliknya, berdasar Rumah Tangga yang mengalami kesulitan keuangan, Rumah Tangga Pekerja lebih merasa berat untuk membiayai konsumsi kebutuhan pangan, 52,9%," ujar Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho. Sedangkan Rumah Tangga Usaha telatif lebih rendah, 37,8%. (lipi.go.id, 23/8/2020)
Goncangan kesehatan dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar menggeser pola konsumsi makanan siap saji bagi seluruh rumah tangga di mana penurunan pengeluaran makanan siap saji diikuti peningkatan belanja bahan makanan.
Terkait stimulus ekonomi paket bantuan sosial yang diterima dari pemerintah, 19,4% rumah tangga melaporkan pernah mendapat bantuan sosial. "Sebagian besar penerima yang merasakan penurunan pendapatan terjadi di kelompok Rumah Tangga Usaha," jelasnya.
Rinciannya, 56,36% pada Rumah Tangga Usaha pendapatan rendah, dan 43,33% Rumah Tangga Pekerja berpenghasilan kurang dari Rp1,5 juta.
Bansos tidak secara langsung mempengaruhi ekspektasi masa depan rumah tangga.
Di sisi lain, ekspektasi rumah tangga rerhadap perubahan pendapatan rumah tangga dengan pendapatan menurun di tengah pandemi, memiliki ekspektasi paling rendah untuk dapat bekerja normal dalam masa enam bulan ke depan.
Tim peneliti merekmendasikan, agar pemerintah mendorong aktivitas masyarakat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Tampak hasil survei LIPI relevan dengan data BPS bahwa ekonomi rumah tangga sebagai andalan ekonomi nasional memang terpuruk. Data BPS menyebut konsumsi rumah tangga minus 5,51%, data LIPI menyebut 87,3% Rumah Tangga Usaha dan 64,8% Rumah Tangga Pekerja kesulitan keuangan. ***

0 komentar: