Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ekspor Dipacu Justru Saat Pandemi!

Artikel Halaman 8, Lampung Post Sabtu 22-08-2020
Ekspor Dipacu Justru Saat Pandemi!
H. Bambang Eka Wijaya

NERACA dagang Indonesia Juli 2020 surplus 3,26 miliar dolar AS. Ekspor mencapai 13,73 miliar dolar AS, naik 14,33% dari Juni 2020 sebesar 12,03 miliar dolar AS, juga naik 15,09% dari Mei sebesar 10,53 miliar dolar AS. Tampak, ekspor dipacu justru saat pandemi.
Realitas itu menunjukkan pemerintah cenderung lebih memprioritaskan ekonomi, dengan konsekuensi pandemi Covid-19 yang merupakan sisi lain dari krisis ganda, ikut melaju bersama ekspor.
Itu terlihat pada update Covid-19 per 1 Mei 2020 mencatat kasus baru sebanyak 433 dengan total pasien terjangkit virus Corona sebanyak 10.551 orang, dan jumlah meninggal dunia 800 orang. (Kompas.com/detik-health, 1/5/2020). 
Sedangkan update Covid-19 per 31 Juli 2020, mencatat kasus baru bertambah 2.040 dengan total pasien terinfeksi virus Corona jadi 108.736 orang, dengan pasien meninggal dunia sebanyak 5.131 orang. (detik.com/liputan6, 31/7/2020)
Demikian laju Covid-19 dari 1 Mei 2020 hingga 31 Juli 2020 yang terus mengejar laju peningkatan ekspor yang menjadi prioritas. Namun, prestasi ekspor itu tampak sebagai pilihan kebijakan yang dianggap terbaik oleh pemerintah dengan semua kebijakan yang ditetapkan secara cermat, terukur dan dianggap paling bijaksana.
Sebagai konsekuensi pilihan kebijakan, arahan presiden untuk menciptakan keseimbangan dalam menginjak pedal gas ekonomi dan pedal rem Covid'19, belum berhasil dilakukan. Kenyataannya pedal gas ekonomi yang dipacu, Covid-19 ikut terpacu bersamaan.
Itu akibat penanganan pandemi dan ekonomi digabungkan. Sehingga saat laju ekonomi dipercepat, covid juga ikut melaju. Celakanya, laju ekonomi yang tercapai, tak mampu mengimbangi apalagi mengalahkan dampak kenaikan pandemi bawaan kenaikan ekonomi tersebut.
Contohnya kuartal II 2020, ekonomi dalam hal ini ekspor melaju naik, oleh dampak kenaikan covid, ekonomi justru tumbuh negatif 5,32%.
Sementara upaya menahan laju Covid-19 belum mencapai hasil optimal. Selain Inpres mewajibkan rakyat menaati protokol kesehatan, pemerintah malah terkesan pasrah menunggu selesainya uji klinis Vaksin. 
 Untuk mempertajam serangan pada Covid, layak dipikirkan untuk melakukan decoupling (memisahkan) penanganan pandemi dari ekonomi.
Jika kedua sisi krisis terpisah, kenaikan ekononi tak menarik Corona ikut naik. Dampak corona bisa dilokalisir dengan karantina lokal, satu kantor atau pasar. Langkah ini tak mengganggu ekonomi secara umum, tapi efektif memutus rantai penularan covid. ***




0 komentar: