Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 23-08-2020
Hoaks Ikhwal Covid-19
Tewaskan 800 Orang!
H. Bambang Eka Wijaya
STUDI tentang infodemi menemukan hoaks dan teori konspirasi terkait Covid-19 telah menelan setidaknya 800 korban jiwa di seluruh dunia. Terbanyak korban hoaks tentang mitos bahwa mengonsumsi alkohol berkadar tinggi bisa membersihkan tubuh dari virus korona.
Mitos tersebut tersebar di berbagai negara, termasuk Iran dan Turki. Seperti laporan studi dalam The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene yang dilansir dari ScienceAlert/Sains.Kompas (13/8/2020), mitos itu menyebabkan 800 orang meninggal, 5.876 harus dirawat di rumah sakit, 60 orang menjadi buta setelah mengonsumsi metanol.
Hal serupa juga terjadi si Qatar, dua orang pria meninggal dunia karena mengonsumsi disinfektan atau hand sanitizer berbahan alkohol.
Sementara di India, sebuah video yang disebar di media sosial mengklaim bahwa meminum alkohol yang terbuat dari biji datura yang beracun bisa meningkatkan imunitas terhadap Covid-19. Akibat mengikuti anjuran itu, puluhan orang termasuk lima anak-anak jatuh sakit.
Dalam studi ini sekelompok peneliti penyakit menular internasional menganalisis berbagai media sosial dan situs berita untuk mengetahui bagaimana misnformasi terkait Cobid-19 menyebar di internet.
Secara total mereka menemukan sekitar 2.300 laporan hoaks dan teori konspirasi Covid-19 dalam 25 bahasa di 87 negara. Mayoritas misinformasi itu tidak membantu, bahkan bisa berbahaya hingga menyebabkan kematian.
Selain klaim-klaim mengenai upaya penyembuhan Covix19, para peneliti juga menemukan banyak hoaks dan teori konspirasi lainnya.
Contohnya antara lain, virus korona merupakan sejenis penyakit rabies, virus korona bisa sisebarkan lewat ponsel, virus korona adalah senjata biologis yang sengaja direkayasa, virus korona dibuat untuk menjual vaksin, dan sebagainya.
Para peneliti mengaku mereka tidak menginveatigasi lebih lanjut rentang seberapa dipercayanya rumor-rumor itu. Namun, fakta misinformasi itu bisa beredar bebas di media sosial dan internet menjadi masalah besar yang harus dilawan.
Mereka menulis, misinformasi yang didorong oleh rumor, stigma dan teori konspirasi bisa memiliki implikasi serius terhadap individu dan komunitas jika diprioritaskan di atas panduan berbasis bukti.
"Agensi-agensi kesehatan harus mengawasi misinformasi terkait Covid-19 secara real time, dan melibatkan komunitas lokal serta pemangku kepentingan di pemerintahan untuk mengatasi misinformasi yang merebak di media sosial," ujar mereka. ***
0 komentar:
Posting Komentar