Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Merdeka! Hidup Bahagia Tidak Selalu Mesti Kaya!


Artikel Halaman 8, Lampung Post Minggu 16-08-2020
Merdeka! Hidup Bahagia
Tidak Selalu Mesti Kaya!
H. Bambang Eka Wijaya

SUDAH 75 tahun merdeka hidup tetap miskin. Bagaimana bisa bahagia?
Keluhan itu mengasumsikan, syarat bahagia harus lebih dahulu kaya. Padahal banyak orang kaya tidak bahagia. Sebaliknya, banyak orang makan sepiring berdua, tidur beralas koran, mereka hidup bahagia.
Sebab, kebahagiaan itu bukan kondisi materialistik, melainlan suasana hati yang qana'ah, merasa cukup pada apa yang ada.
Seperti kata Seneca, filsuf Romawi guru politik Kaisar Nero, "Kebahagiaan sejati tercapai dengan keinginan terbatas." True happiness consist in desiring little.
Jadi, meski tingkat konsumsi keluarga masih di bawah garis kemiskinan Rp425.000 per jiwa per bulan, tapi kalau merasa cukup (qana'ah) dengan apa yang ada dan disyukuri, keluarganya merasa bahagia. Cukup dengan sepeda pergi kerja, tak harus keluar biaya naik ojek atau angkot, makan nasi sayurnya daun singkong dipetik di belakang rumah, sore santai ngopi dengan singkong rebus.
Beda dengan orang yang kemampuan terbatas tapi keinginannya terlalu tinggi. Melihat tetangga beli mobil baru, ia beli mobil tua yang bobrok, pokoknya sama-sama punya mobil. Mobil tua yang dia beli merongrong, sebentar-sebentar masuk bengkel. Tubuhnya pun jadi kerempeng, karena mobilnya sering mogok di jalan sehingga harus dia dorong.
Jadi syarat utama untuk bahagia, merdekakan dirimu dari keinginan di luar kemampuan menggapainya. Merdekakan juga dirimu dari  janji muluk pejabat atau penguasa  misalnya janji saat pemilu atau pilkada, karena semua itu cuma penghias bibir. Tujuan utama politikus adalah meraih kekuasaan dan  melestarikannya, menyejahterakan rakyat itu cuma latah-latahan belaka.
Buktinya, sudan 75 tahun merdeka kemiskinan tak habis juga. Jadi kalau mau bahagia menunggu lepas dari garis kemiskinan, sampai akhir hayat mungkin tak bahagia.
Juga kalau menanti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) membaik. Misalnya warga Lampung yang IPM-nya terendah di Sumatera. Kalau menunggu IPM terbaik di Sumatera, bakal tak pernah bahagia.
Jadi, untuk hidup bahagia hal utama yang harus dilakukan adalah merdekakan diri dari percaya pada janji muluk penguasa. Karena, selain belum tentu ia mampu memenuhi janjinya, kendala bisa datang dari arah yang tak terduga. Terutama kendala dari semangat korupsinya.
Bahagia milik manusia merdeka. Merdeka jiwanya dari keinginan berlebihan secara material. Merdeka dari tipu daya janji muluk penguasa. Merdeka dari pemberi harapan palsu (php). Merdeka! ***

0 komentar: