Artikel Halaman 8, Lampung Post Rabu 12-08-2020
Ironi 75 Tahun Indonesia Merdeka! (7)
H. Bambang Eka Wijaya
IMPOR PANGAN: Janji cukup sandang dan pangan tak kunjung terpenuhi. Impor pangan kian tinggi. Negeri tropis, agraris, disatukan laut ini impor garam 2019 sebanyak 2,6 juta ton, 2020 naik jadi 2,9 juta ton. Impor kedelai 2,67 juta ton, impor gandum 10,69 juta ton.
Franky Welirang dari Kadin menyebut, 2019 impor jagung 1,58 juta ton. (Indonesia-inside.id (28/2/2020).
Sementara untuk memenuhi konsumsi daging sapi 700.000 ton per tahun, produksi dalam negeri hanya mampu 400.000 ton. Kekurangan 300.000 ton, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, harus impor sapi bakalan antara 1,3 juta ekor sampai 1,7 juta ekor.
Selain itu, untuk sektor industri pemerintah mengimpor 60.000 ton daging kerbau dan 129.000 daging olahan. Kompas.com, 30/1/2020)
Kekurangan daging yang dicukupi dari impor cukup besar itu, terjadi pada konsumsi daging Indonesia yang terendah dari tetangga, 2,6 kg per kapita per tahun, dibanding Filipina 3,1 kg, Malaysia 4,8 kg, Vietnam 9,9 kg.
Rendahnya konsumsi daging sapi karena harganya mahal, 4 kali lipat dari Australia. Itu terjadi sejak Kabinet Indonesia Bersatu II, yang mencanangkan swasembada daging sapi dan menghentikan impor sapi bakalan. Nyatanya sapi lokal tak cukup, hingga sapi bunting pun dipotong. Harga daging meroket tiga kali lipat, hingga kini tak berhasil diturunkan seperti sebelumnya.
Soal swasembada pangan ini, di awal kiprah Kabinet Kerja Presiden Jokowi saat membuka Munas HIPMI XV di Bandung 12 Januari 2015 mengatakan, "Saya sampaikan berkali-kali bahwa dalam tiga tahun saya targetkan kepada Menteri Pertanian untuk bisa swasembada, tiga tahun tidak boleh lebih. Dimulai dengan beras, kemudian nanti jagung, gula, kedelai, terus daging, semuanya."
Alhamdulillah, berkat target itu swasembada beras terwujud. Sedang lain-lainnya, sampai masa tugas Kabinet Kerja berakhir masih dalam perjuangan.
Gagalnya swasembada kedelai menurut Dirjen Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto karena keterbatasan lahan. Kebutuhan tanah 2,5 juta hektare untuk itu susah dipenuhi, juga lahan yang sesuai untuk kedelai sangat terbatas.
Sedangkan untuk membumikan gandum di Indonesia, berbagai percobaan yang dilakukan gagal. Salah satunya program Bulog di Jatim 1980-an, tak berhasil. 2016 Unpad dan Satya Wacana melakukan percobaan, hingga kini belum jadi tanaman massal.
Banyak upaya dilakukan untuk menghentikan impor pangan, termasuk yang sederhana, garam, tapi 75 tahun merdeka tak berhasil. ***
0 komentar:
Posting Komentar