Artikel Halaman 8,Lampung Post Sabtu 08-08-2020
Ironi 75 Tahun Indonesia Merdeka! (4)
H. Bambang Eka Wijaya
DPR DIAMPUTASI: Setelah 75 tahun merdeka, performa demokrasi semestinya sudah pada kondisi ideal. Namun, DPR justru kehilangan tangan kewenangan budgeting, diamputasi UU Nomor 2/2020 demi menyelamatkan negara dari pandemi dan krisis ekonomi.
Ironis, saat menghadapi tantangan berat berupa pandemi Covid-19 dengan dampak sosial-ekonominya, yang terbaik mestinya semua kekuatan negara-bangsa disatukan untuk mengatasinya. Tapi ini, DPR (juga DPD) malah disingkirkan dari hak dan kewajibannya ikut mengelola APBN. Padahal hak dan kewajban DPR untuk itu konstitusional.
Lebih ironia lagi, DPR yang hak dan kewajiban konstitusionalnya diamputasi itu, malah setuju mengesahkan UU yang mengamputasi kewenangan mereka tersebut.
Dengan tersingkirnya DPR (dan DPD) dari kewenangan penentuan APBN itu, eksekutif atau pemerintah menjadi satu-satunya pihak yang berhak dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah Covid-19 dengan segala bentuk dampak dan akibatnya.
Mengingat DPR dan DPD adalah wakil rakyat, dengan tidak disertakannya DPR dalam melaksanakan hak konstitusionalnya mewakili rakyat itu, sekaligus bisa berarti, pemerintah telah berjalan sendiri dalam mengatasi Covid-19, tanpa lagi dukungan rakyat yang berlaku dalam sistem demokrasi perwakilan.
Mungkin, kesimpulan penafsiran rakyat yang cenderung sedemikian rupa, membuat partisipasi rakyat dalam mendukung perang melawan Covid-19 tidak maksimal sepenuh greget. Buktinya, banyak orang menjalani protokol kesehatan lebih karena adanya pengawasan yang keras, sehingga denda tak pakai masker di Jakarta terkumpul mendekati Rp1 miliar pekan lalu.
Sikap masyarakat yang cenderung mengikuti irama gendang yang ditabuh pemerintah untuk mau jalan sendiri mengatasi Covid-19 itu, bisa membuat upaya percepatan menghentikan penyebaran virus korona tersandung lemahnya partisipasi masyarakat.
Apalagi kalau sebelumnya partisipasi masyarakat itu setiap hari dirangsang oleh briefing Gugus Tugas Covid-19 di layar televisi dan internet, balakangan briefing harian itu ditiadakan. Partisipasi pun jadi melempem.
Alhasil, keberhasilan uji klinis vaksin Sinovac menjadi tumpuan harapan untuk cepat selesai dan bisa segera diproduksi. Sebab kalau cara penanganan pandemi tetap seperti yang sudah dilakukan selama ini, akhir wabah Covid-19 masih sulit diprediksi.
Hanya dengan kehadiran vaksin, Covid-19 bisa diharapkan teratasi tuntas. Dan setelah itu pula pemulihan ekonomi mendapat momentum. ***
0 komentar:
Posting Komentar