Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bencana-Bencana di Balik Bencana!

"SEPERTI gempa yang diikuti gempa susulan, suatu bencana juga disusul bencana-bencana ikutan yang menambah berat derita korban atau malah membuat bencananya jadi lebih fatal!" ujar Umar. "Bencana di balik bencana dalam gempa Sumatera Barat terlihat pada kurang all out-nya pemerintah memobilisasi bantuan, hingga evakuasi korban dan distribusi bantuan berjalan lamban!"

"Kurang all out-nya mobilisasi bantuan pemerintah (terutama pusat) terlihat dari terbatasnya alat dalam evakuasi, berakibat bencana jadi lebih fatal, banyak korban hidup terperangkap di reruntuhan akhirnya tewas!" sambut Amir. "Juga lambannya distribusi bantuan pangan, obat-obatan, tenda, selimut, dan sebagainya, yang tampak diserahkan pada perangkat Pemda setempat yang sedang shock baru tertimpa bencana! Akibatnya, warga Sumbar yang terkenal tinggi moralitasnya pun secara amat terpaksa jadi penjarah!"

"Salah satu hal yang kurang kena dari pemerintah pusat--yang hingga kini belum menyatakan resmi gempa Sumbar sebagai bencana nasional, seperti nasib gempa Liwa--karena terlalu mengandalkan bantuan luar negeri!" tegas Umar.

"Tentu saja kita sambut baik bantuan luar negeri atas musibah yang menimpa kita, tapi kita harus tetap proporsional menempatkan bantuan asing itu bersifat komplementer, sedang peran sentralnya harus mutlak pada pemerintah kita! Tapi bantuan yang terlihat di lapangan, tak mencerminkan Indonesia negara yang besar!"

"Berarti, manajemen bencana yang tidak all out dari pemerintah pusat itu menjadi bencana dibalik bencana yang memprihatinkan!" timpal Amir. "Bencana ikutan yang menyedihkan selain soal evakuasi, juga distribusi bantuan untuk bertahan hidup (survival supporting), yang bertumpuk di posko-posko tapi tak cepat tersalur hingga terjadi penjarahan! Di tengah nestapa itu, mengandalkan sepenuhnya fasilitas lokal untuk mendistribusikan jelas riskan! Mungkin mobil ada, tapi dalam masa duka, cari sopirnya sulit! Kenapa tak mengerahkan heli dari Jakarta dan kota-kota lain, agar bantuan terjamin diterima tepat waktu?"

"Semua bencana ikutan tak perlu terjadi seburuk itu, andai pemerintah pusat all out mengelola segala bantuan darurat yang harus dilakukan!" tegas Umar. "Lebih ironis lagi, kalau kedatangan rombongan pejabat pusat yang beruntun justru cuma merepotkan para pejabat dan orang daerah untuk menyambut dan melayani para tamu terhormat itu, sehingga lebih banyak tenaga lokal digunakan untuk meladeni tamu daripada membantu korban bencana!"

"Lebih parah lagi kalau arena bencana justru dijadikan panggung popularitas!" timpal Amir. "Bisa dinilai demikian jika rombongannya cuma merepotkan yang berduka untuk melayaninya, padahal kehadirannya tak membuat manajemen bantuan lantas menjadi efektif! Hal seperti ini jelas, termasuk bencana di balik bencana!" n

1 komentar:

6 Oktober 2009 pukul 09.19 Panggil saja Mbah Suto mengatakan...

ya saya sependapat dengan mas Bambang..
Justru inilah bencana yang sesungguhnya sedang menimpa bangsa kita. Rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan moralitas lain telah habis tergerus kalau ada ya..hanya semanis janji kampanye.
Sebuah bencana yang maha dahsyat yaitu kelakuan pemimpin negeri ini yang gak sadar-sadar juga dengan berbagai teguran bencana. Entah harus ditegur dengan cara apa lagi///???@$#%

Kalau menangani bencana yang jelas-jelas korbanya sedang membutuhkan saja lambat, bagaimana mereka mau sadar kalau selama ini "perbuatan" sebagian besar elit kita yang koruptor itu menangani nasib masyarakat yang menderita lahir batin jauh...jauh...kelaut aje.