"HAL yang sering menonjol dalam kiprah monolitis absolut adalah dominasi makna atas istilah-istilah politik, hukum, dan kemasyarakatan bernegara-bangsa yang khas menurut tafsir penguasa!" ujar Umar. "Misalnya istilah negara dalam kondisi darurat--syarat untuk mengeluarkan perppu--terminologi (nilai dan kriteria) penguasa yang berlaku, bukan kondisi dengan kriteria-kriteria yang lazim dipahami publik! Disebut dominasi, karena publik atau rakyat tak bisa mengubah makna yang digunakan penguasa!"
"Dominasi makna diperkokoh proses formal di DPR dengan monolitis absolut 92% suara pendukung yang melegalisasikan makna kondisi darurat tersebut!" sambut Amir.
"Dalam monolitis absolut, dominasi makna lewat proses formal DPR itu amat kokoh, seperti terminologi negara dalam kondisi darurat tadi, jika penguasa telah melansir suatu istilah dengan makna khusus lalu diperkuat parlemen, makna khusus itulah yang benar dan berlaku! Sehingga, andaikan sebuah benda warna merah dilansir penguasa sebagai hitam, lalu oleh parlemen dilegalisasikan sebagai hitam, seluruh waga bangsa harus ikut menyebut itu hitam!"
"Dominasi makna dengan pemberian kriteria baru yang khas menurut bahasa penguasa, membawa konsekuensi luas! Karena, setiap istilah dalam ucapan penguasa nantinya punya makna khusus, bahkan nilai-nilai dan kriterianya tak lagi sesuai dengan istilah sama dalam bahasa universal!" tegas Umar.
"Hal serupa pernah kita alami semasa Orde Baru! Istilah demokrasi misalnya, memiliki
"Luasnya konsekuensi dominasi makna dalam kekhasan bahasa penguasa itu terlihat masa Orde Baru, hingga untuk menyosialisasikan makna yang berlaku menurut tafsir penguasa, harus dilakukan penataran P-4 secara nasional, dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten sampai simulasi nilai dalam amalan sehari-hari di tingkat desa!" timpal Amir. "Sosialisasi makna sesuai maksud penguasa atas semua istilah bernegara-bangsa itu amat penting, sebab kalau tidak, setiap ucapan penguasa ditafsir dan dijalankan berbeda oleh birokrasi atau rakyat! Akibatnya negara bisa kacau seperti akhir sejarah menara Babilon--sesama warga menafsir beda ucapan lawan bicaranya!"
"Maka itu, karena dominasi makna merupakan sifat alami bawaan monolitis absolut, diperlukan kesiapan mengantisipasinya!" tegas Umar. "Lebih-lebih kalangan pengajar bahasa di sekolah dan perguruan tinggi, wajar mengintrodusir makna ganda istilah-istilah kunci, menurut tafsir penguasa dan tafsir universal! Tafsir universal tetap perlu diajarkan, agar tak bego ketika diskusi intelektual berbahasa universal! Tapi tafsir penguasa harus diutamakan, agar tak dapat masalah akibat salah tafsir terhadap perintah penguasa!" n
0 komentar:
Posting Komentar