Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Sumpah Pemuda Defisit Karakter! (2)


"API karakter dimaksud jelas jiwa revolusioner!" tegas Temin. "Betapa tinggi jiwa revolusioner Bung Karno dan kawan-kawan berani melaksanakan Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, bisa dilihat dari prolognya! Tahun 1926, ratusan atau ada yang menyebut ribuan pejuang dibunuh dan ditangkap oleh penjajah Belanda akibat pemberontakan PKI! Setahun kemudian PKI dinyatakan sebagai partai terlarang! Dalam situasi yang mencekam dengan ancaman kekejaman Belanda menyapu bersih aktivis yang terlibat menentang penjajah, Bung Karno dan kawan-kawan melihat kekosongan Tanah Air dari gerakan aktif melawan penjajahan, justru mendirikan Partai Nasional Indonesia--PNI. Gerakan ini, bersama seluruh komponen pemuda pejuang negeri ini, efektif melakukan akselerasi--percepatan--langkah perjuangan, hingga hanya dalam satu tahun melangsungkan Kongres Pemuda, melahirkan Sumpah Pemuda yang menyatukan semua suku, agama, golongan menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa--menetapkan Indonesia Raya dan Merah Putih sebagai lagu dan bendera kebangsaan!"

"Selanjutnya dengan jiwa revolusioner sebagai api karakter Sumpah Pemuda itu pula para pemuda dan segenap bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan!" timpal Temon.

"Semua bukti itu membuat Bung Karno terobsesi oleh jiwa revolusioner--dengan intinya berani dan pantang menyerah-- yang harus dipelihara dan dibangun sebagai karakter bangsa Indonesia merdeka! Tak kepalang, Bung Karno memegang teguh obsesinya itu meski jatuh dari kekuasaan!"

"Namun layak diakui, jiwa revolusioner yang mendasari karakter pemuda berani dan pantang menyerah itu belum sepenuhnya habis di negeri kita!" tegas Temin.

"Contohnya, hampir setiap hari kita menyaksikan di televisi aksi-aksi mahasiswa memrotes penyelewengan dan sebagainya, dilakukan dengan keberanian dan semangat pantang menyerah! Kalaupun belakangan terlihat dilakukan sporadis dengan kasus lokal, itu justru merupakan pemeliharaan denyut keberadaan jiwa revolusionernya, untuk saat ada isu nasional yang besar, seperti Mei 1998, gerakan mahasiswa bahkan mampu menggulingkan sebuah rezim yang amat kokoh!"

"Masalahnya, peringatan Sumpah Pemuda masih selalu terkerangka dengan acara terkait penguasa yang dilakukan secara formalistik, maka tak aneh jika terasa defisit karakter pemuda!" tukas Temon. "Artinya, karakter kaum muda warisan Sumpah Pemuda sebenarnya masih hidup, meski terbenam di bawah karakter dominan yang penuh kepura-puraan! Saat pemberantasan korupsi tuntas dan kepura-puraan habis, karakter asli bangsa dari Sumpah Pemuda itu akan mencuat--karakter setiap warga seperti Bung Karno memandang bangsa lain!"

0 komentar: