"MENYIMAK syair Ebiet di balik bencana selalu ada di antara kita yang berbuat nista, mungkin hari-hari ke depan ini kita akan melihat kesibukan para aktor bersandiwara di pentas bencana!" ujar Umar. "Kalau saat kritis berpacu dengan waktu menyelamatkan para korban yang masih hidup di reruntuhan bangunan, di layar televisi kita cuma menyaksikan sebuah ekskavator--satu-satunya alat berat yang mendominasi tayangan bencana di arena luas--jangan heran jika para pimpro mulai menghitung biaya rekonstruksi nanti, layar televisi kita akan dipenuhi belasan atau bahkan puluhan ekskavator dan alat berat lain, unjuk partisipasi!"
"Pokoknya arena bencana akan menjadi pentas kolosal partisipasi, mulai bersih-bersih puing sampai perhatian ekstra pascabencana!" sambut Amir. "Pentas kolosal itu dimainkan mereka yang mengidam proyek dari bencana, melihat bencana lewat keuntungan besar yang bisa diraup dari duka, derita dan nestapa para korban gempa! Dan semua itu dianggap wajar, karena toh, kegiatan membangun kembali lewat paket-paket proyek itu memang harus ada yang mengerjakan!"
"Semua usaha itu sebenarnya wajar jika saat kritis menyelamatkan korban yang masih hidup dalam reruntuhan kita juga melihat ramainya alat-alat berat mengerubuti puing-puing bangunan, memudahkan evakuasi korban! Sayang, gambar seperti itu tak terlihat!" tegas Umar.
"Dan yang amat penting dicatat, para pengusaha Lampung melakukannya waktu itu tanpa pamrih!" timpal Amir. "Memang, di antara pengusaha itu kemudian ada yang dapat proyek rekonstruksi pascagempa, tapi masyarakat tidak melihat itu negatif, karena perolehan proyeknya juga lewat prosedur tender yang benar! Hal ini pantas dikemukakan karena mungkin, dalam perjalanan waktu 15 tahun antara gempa Liwa dan gempa Sumbar, negeri kita ini telah banyak berubah!"
"Perubahan berakibat perbedaan situasi di arena bencana itu, yang menyesakkan dada saat melihat di layar televisi! Untuk reruntuhan semasif gempa Padang itu, yang bisa disaksikan di layar televisi cuma sebuah ekskavator beroperasi!" tegas Umar. "Jelas, sekeras atau segigih apa pun evakuasi dilakukan, hasilnya tak maksimal!"
"Gambar televisi yang mencerminkan perubahan masyarakat kita antarzaman itu, layak diwaspadai karena menunjukkan sense of crisis bangsa yang menurun!" timpal Amir. "Padahal, ancaman bencana akibat faktor alam maupun tingkah kita, cenderung meningkat!" n
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Rabu, 07 Oktober 2009
Mengidam Proyek dari Bencana!
"Kecepatan para pengusaha merespons bencana dengan mengerahkan seketika alat-alat beratnya ke lokasi bencana, dengan segala cara pokoknya harus bisa, terjadi pada gempa Liwa 1994--meski dengan medan lebih berat dibanding Padang! Jalan putus akibat gempa menuju Liwa cepat tersambung, evakuasi korban juga relatif tepat waktu!"
Label:
Gempa
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar