Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Sumpah Pemuda Defisit Karakter! (1)

"BUNG Karno selaku pelaksana Sumpah Pemuda menarik banyak inti sari dari peristiwa itu dalam pemikiran nasionalismenya! Konsistennya dia merujuk hakikat Sumpah Pemuda dalam tulisan dan pidato dengan selalu memilah nation and character building, bahkan juga sering dia sebut nation building and character building, menjadi isyarat sama pentingnya antara pembangunan bangsa (dengan aneka ragam kesatuan) dengan pembangunan karakter atau watak!" ujar Temon. "Soal semantik ini perlu dikritisi, karena ketika orang terbiasa menyebut nation character building, intonasi nation dengan kesatuan dan persatuan bangsa jadi lebih menonjol, sedang karakternya bukan cuma kabur, malah dalam peringatan Sumpah Pemuda pun bisa terasa jadi minus karakter!"

"Mungkin itu salah satu sebab bangsa kita dewasa ini krisis karakter!" sambut Temin. "Tapi itu bukan hal baru, terjadi sistematis sejak Orde Baru yang secara strategis menenggelamkan ajaran Bung Karno! Itu pula jawabnya, kenapa selama Orde Baru peringatan Sumpah Pemuda dibuat ritualistik, sumpahnya dibaca formalistik, tidak menggelorakan greget karakter pemuda pada epilog Sumpah Pemuda yang telah berhasil mengobarkan perjuangan kemerdekaan bangsa! Padahal, karakter pemuda pada epilog itulah inti peristiwa Sumpah Pemuda, baik untuk mencapai rumusan cita-cita maupun
semangat perjuangan mewujudkan cita-cita tersebut!"

"Kenapa karakter atau api yang menyulut dan memarakkan gelora perjuangan kemerdekaan itu justru dipadamkan oleh Orde Baru, padahal api itu tetap diperlukan untuk menyalakan semangat perjuangan mengisi kemerdekaan?" sela Temon. "Karena bara api itulah yang selalu membara di hari rakyat, telah menyatu sukar dipisahkan dari ajaran Bung Karno! Jadi, untuk memutuskan hubungan hati rakyat dengan Bung Karno, Orde Baru harus tak peduli padamnya api tersebut!"

"Tapi Orde Baru gagal memadamkan api karakter tersebut!" tegas Temin. "Pokoknya kalau api itu menyala, ajaran Bung Karnolah yang berkobar di hati rakyat! Para ideolog Orde Baru tak sanggup melawan kenyataan itu! Solusinya, mereka buat ajaran Bung Karno artifisial, yang esensinya sesuai tujuan penguasa Orde Baru. Diharapkan, ajaran tiruan ini bisa memperdaya dan nyambung dengan api ajaran Bung Karno yang menyala di hati rakyat! Program artifisial ini dibuat tidak kepalang, diintrodusir dengan Tap MPR 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dengan simpul Pancasila, terbukti nyambung dengan nyala api ajaran Bung Karno di hati rakyat! Tapi, tujuan program bukan untuk memarakkan, melainkan memadamkan! Maka itu tak heran, kalau karakter bangsa redup, justru sebagai bukti sukses program yang serius itu!"

"Tahu, apa yang dimaksud dengan api dari karakter Sumpah Pemuda itu?" tanya Temon.

0 komentar: