"BANYAK orang protes gempa 7,6 SR, pada 30 September pukul 17.16 dikaitkan Surat 17 Ayat 16 Alquran; Tuhan akan membinasakan suatu negeri karena keingkaran orang-orang yang hidup mewah di negeri itu, kenapa terjadi di Sumbar, bukan di Jakarta yang serbamewah?" ujar Umar. "Warga Sumbar banyak yang miskin, taat beribadah!"
"Jawabnya di cerpen pujangga Sumbar, A.A Navis, Robohnya Surau Kami," timpal Amir. "Baca dari sini!"
Umar baca--Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. "O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadah, paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga seperti janji dalam Kitab-Mu."
"Kalian di dunia tinggal di mana?" tanya Tuhan./ "Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku."/"O, di negeri yang tanahnya subur itu?"/"Ya, benarlah itu, Tuhanku."
"Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya bukan?"/"Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami."/"Di negeri di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?"/"Benar. Itulah negeri kami!"/"Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain yang mengambilnya, bukan?"/"Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau."/"Engkau rela tetap melarat bukan?"/"Benar. Kami rela sekali, Tuhanku."
"Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?"/"Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala."/"Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?"/"Ada, Tuhanku."
"Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu tetap melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Aku beri kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka."/Semua jadi pucat pasi. ***
0 komentar:
Posting Komentar