"KABINET baru yang disusun Presiden SBY dan Wapres Boediono, mirip gaya keduanya,alon-alon waton kelakon--pelan-pelan asal jalan!" ujar Umar. "Ibarat pemain bola, kebanyakan bukan pemain bintang di lininya!"
"Itu karena dua unggulan calon superstar--Sri Mulyani terkait skandal Bank Century, dan Marie Elka Pangestu gagal di pasar lokal yang didominasi produk industri impor!" sambut Amir. "Di luar yang kebanyakan itu Djoko Suyanto, Sutanto, dan Gamawan Fauzi! Sebagai Menko Polhukam, Djoko mumpuni untuk mengoordinasi para pemain lini belakang! Sutanto dan Gamawan Fauzi, memadai buat tumpuan reformasi birokrasi--mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik!"
"Kunci masalah di lini tengah (perekonomian) penyuplai bola ke para striker di lini
"Dengan MDG's sebagai standar prestasi kabinet, menteri kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, sosial, agama, pemuda, dan urusan perempuan menjadi ujung tombak pencetak gol!" timpal Amir. "Namun, capaian para pencetak gol itu tak harus sepenuhnya tergantung pada suplai bola dari lini tengah! Harus ada rekayasa para pencetak gol untuk mendukung pertumbuhan ekonomi agar MDG's tercapai! Jika tanpa rekayasa, tingkat pertumbuhan di bawah pas-pasan pula hingga tak cukup mengakomodasi angkatan kerja baru seperti lima tahun terakhir, bukan peningkatan kesejahteraan sosial yang dicapai! Jutru masalah baru muncul, memperuwet masalah laten yang tak kunjung teratasi--seperti kemiskinan dan pengangguran akibat pendidikan yang rendah!"
"Di lini depan itu, untuk mencapai MDG's rekayasa dalam peran menteri sosial, agama, pemuda dan perempuan harus diutamakan senahai problem solver!" tegas Umar. "Menteri agama, misalnya, merekayasa pembentukan baitulmal di setiap masjid untuk menggarap zakat nonfitrah guna mengatasi warga termiskin di lingkungan setiap masjid! Rekayasa itu dengan fasilitas mendidik tenaga pengelola baitulmal dalam semua dimensi operasionalnya, sampai baitulmal jalan mengatasi masalah seriusl di kalangan umat! Demikian pula menteri sosial, pemuda dan perempuan, rekayasa membentuk lembaga-lembaga penggerak massa untuk lebih produktif!"
"Untuk itu, meski bukan superstar di lininya, tak perlu apriori pada kemampuan para menteri! Meski alon-alon waton kelakon pun!" timpal Amir. "Terpenting semua lini direkayasa tepat, realistis dengan kondisi lapangan, hingga meski kecil dan bertahap selalu terjadi perbaikan secara nyata! Sebab, perbaikan nyata itu yang selama ini belum dirasakan lapisan terbawah! Sebaliknya, beban hidup dari hari ke hari terasa semakin berat! Perbaikan baru sebatas retorika!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 18 Oktober 2009
Kabinet 'Alon-Alon Waton Kelakon'!
depan (kesra) yang harus mencapai millenium development goals (MDG's)" tegas Umar. "Capaian lini tengah dua kali sebelumnya pun, MDG's belum tentu tercapai!"
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar