Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Memaknai Bencana dengan Tafsir!


"TUMBEN, tekun membaca tafsir Alquran!" ujar Umar. "Tafsir resmi Kerajaan Arab Saudi pula!"

"Tafsir ini paling banyak dimiliki orang Indonesia, dibagi gratis kepada setiap jemaah haji!" jawab Amir. "Aku diminta teman-teman untuk membuka tafsir, lewat SMS mereka tentang waktu gempa Sumatera Barat yang berulang-ulang disebutkan oleh pembaca berita televisi, terjadi pukul 17.16. Desak mereka, baca Surat 17 Ayat 16."

"Bagaimana bunyi ayat itu?" kejar Umar.

"Apa adanya dalam tafsir ini, Surat 17 Ayat 16 berbunyi: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya!" Amir membaca kata demi kata.



"Begitu bunyinya, tanpa ditambah atau dikurangi!"

"Tapi apa tidak cuma kebetulan, waktu kejadian bencana gempa 30 September itu bertepatan dengan surat dan ayat Alquran?" timpal Umar.

"Kita simak bunyi SMS selanjutnya!" sambut Amir. "Gempa kedua atau susulan hari itu terjadi pukul 17.58. Lantas esoknya, gempa (di Jambi) terjadi pukul 08.52."

"Apa bunyi ayat sesuai waktu itu?" kejar Umar.

"Surat 17 Ayat 58 berbunyi, 'Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya, sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh)," baca Amir. "Lalu Surat 8 Ayat 52 berbunyi, '(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya, serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Amat Keras siksaan-Nya."

"Dari ketepatan rangkaian waktu dengan ayat-ayat Alquran itu, jadi sukar mengesampingkan, apalagi menepiskan isyarat-Nya!" tegas Umar. "Apalagi isyarat berupa peringatan keras itu terkait bencana yang terjadi sepenuhnya di luar domain manusia! Hingga masalahnya, tanpa kita sadari ternyata kemewahan hidup kalangan mampu di negeri kita telah melampaui batas kewajaran Illahiah! Malah, gaya hidup mewah itu telah diwarnai keingkaran dari perintah-Nya!"

"Kita bukan mau menggurui, memaknai bencana dengan tafsir!" timpal Amir. "Kita menarik buat diri sendiri, hikmah peringatan-Nya yang amat keras itu, agar selalu berusaha membersihkan diri, harta, maupun penghasilan dari segala kotoran yang dimurkai-Nya! Jadilah umat yang dilindungi dan diselamatkan-Nya seperti umat Musa, meski dalam kekuasaan Fir'aun!" ***

0 komentar: