"SEUSAI kalah 2-3, para pemain Uruguay memberi ucapan selamat kepada pemain Belanda yang menang dan maju ke final Piala Dunia 2010, ada dengan salam, ada dengan pelukan!" ujar Umar. "Sikap sportif itu mengagumkan, Uruguay menunjukkan mereka boleh kalah tapi tetap terhormat karena bukan pecundang!"
"Di Bandar Lampung, pasangan Eddy Sutrisno-Hantoni Hasan menerima kekalahannya dan mengakui pasangan Herman H.N.-Thobroni Harun sebagai pemenang pemilihan umum kepala daerah—pilkada! Di sidang KPU, sikap itu diikuti tiga kandidat lain dengan menandatangani berita acara rekapitulasi!" sambut Amir. "Hal sama dilakukan Taufik Hidayat-Agus Revolusi, kandidat di Lampung Selatan, mengakui kemenangan dan mendukung pasangan Rycko Menoza-Eki Setyanto! Jadi tampak, sikap sportif “boleh kalah tapi bukan pecundang” tak cuma terjadi di Piala Dunia, tapi juga di pilkada kabupaten/kota Lampung!"
"Dengan sikap sportif menghormati prestasi atau hak atas kemenangan rivalnya, orang jadi lebih terhormat--ketimbang pecundang justru merendahkan dirinya di mata orang yang menilai negatif penonjolan sikap kerdil!" tegas Umar. "Keteladanan sikap sportif tengah dibutuhkan masyarakat kita dalam skala nasional berdimensi luas, terutama di sepak bola dan pilkada yang acap ricuh! Sikap sportif harus secara simultan hadir dalam kehidupan sehari-hari warga hingga menjadi cerminan karakter bangsa!"
"Kondisi ideal itu jelas harus diwujudkan sebagai realisasi proses pembangunan karakter bangsa!" timpal Amir. "Untuk itu, munculnya contoh positif dalam pergulatan hidup masyarakat seperti dari pilkada ini, amat penting diangkat dan diberi penghormatan khusus! Penghormatan terhadap sikap yang layak diteladani itu bisa menanamkan kesan positif ke memori massa yang diharapkan bisa menumbuhkan nilai-nilai positif itu dalam kehidupan masyarakat!"
"Lebih menarik lagi munculnya sikap sportif itu dari Pilkada Bandar Lampung, yang sejak jauh hari proses penyelenggaraannya bermasalah--seperti kelebihan cetak surat suara sampai 116 ribu lembar!" tegas Umar. "Tapi hal itu tak jauh beda dengan sikap sportif di Piala Dunia, putusan wasit kadang keliru dan merugikan salah satu pihak tapi pemain tetap melanjutkan bertanding dan menerima hasil akhirnya!"
"Tampak, sikap sportif juga harus didasari suatu kesiapan lainnya, siap berkorban!" timpal Amir. "Siap mengorbankan kepentingan dirinya--apalagi yang cuma egoistik--demi kepentingan orang banyak, berjalannya sistem pada idealnya!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Rabu, 07 Juli 2010
Boleh Kalah, tapi Bukan Pecundang!
Label:
Piala Dunia
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar