Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Deklarasi Anak Batal Dibacakan!


"DEKLARASI 'Suara Anak Indonesia' hasil rumusan Kongres Anak Indonesia di Pangkal Pinang (19—24 Juli), batal dibacakan di depan Presiden SBY pada acara puncak Hari Anak Nasional di TMII kemarin!" ujar Umar. "Padahal mata acara itu ikut geladi resik sehari sebelumnya!"

"Apa alasan pembatalannya?" sambut Amir.

"Pendamping anak pembaca deklarasi, Puspasari, dikutip SM-Cybernews (23-7) berkata, pihaknya dapat informasi pembatalan dari penyelenggara atas perintah Istana!" jawab Umar. "Mata acara itu dijadwalkan lima menit pada pukul 09.12!"



"Isi deklarasinya apa sih, kok ada yang takut kalau itu didengar Presiden?" kejar Amir.

"Menurut Tempo-interaktif (23-7), deklarasi yang akan dibacakan dua perwakilan anak Indonesia, Maesa Ranggawati Kusnandar (15) asal Jawa Barat dan Arief Rochman Hakim (16) asal Bangka Belitung itu berisi delapan poin!" jelas Umar. "Kata Puspasari, panitia bilang tidak bisa dibacakan mungkin karena poin ke-8!"

"Apa isi poin ke-8 itu?" entak Amir.

"Poin ke-8 berisi permohonan peserta Kongres Anak Indonesia, agar anak-anak dilindungi dari bahaya rokok dengan melarang iklan rokok dan menaikan harga rokok!" jawab Umar. "Poin lain berisi permintaan kepada pemerintah agar menyediakan rumah khusus untuk anak-anak telantar dan korban kekerasan, mendahulukan proses mediasi dalam pengadilan anak, serta meminta jaminan kesehatan."

"Kalau cuma itu, apa mungkin Presiden SBY bisa merasa tertampar pipinya kalau dibacakan anak-anak di depannya? Kurasa petugas sensornya yang takut tak menentu!" tukas Amir. "Saking takutnya tak peduli acaranya jadi tak lucu, pembacaan deklarasi hasil Kongres Anak di depan Presiden pada Hari Anak Nasional ditiadakan!"

"Tukang sensornya pasti lebih tahu dari kita soal begitu!" timpal Umar. "Bisa jadi hal itu memang kurang pada tempatnya dibaca di depan Presiden! Jadi, tukang sensor bisa mendapat nilai negatif!"

"Bukan mustahil!" sambut Amir. "Tapi dengan itu memberi isyarat, kubu penguasa mulai rentan terhadap kritik! Kritik dari anak-anak sekalipun, hingga harus disensor pada upacara yang amat penting bagi anak-anak itu! Apalagi dari waktu sensor itu dilakukan, mengesankan hipokritnya para orang tua! Pada Hari Anak mengumbar janji melindungi anak-anak dari segala hal yang merusak mereka, saat bersamaan atas nama kekuasaan mengencundangi hak anak untuk didengar suaranya! Alhasil, perlindungan perlu diprioritaskan bagi anak-anak justru dari laku lajak mereka yang punya atas nama kekuasaan!"

0 komentar: