"CERDIK nian redakturnya!" entak Umar. "Semula dimuat berita bejudul 'Separuh Anggota Dewan Korupsi', diprotes sejumlah anggota Dewan! Lalu diralat dengan mengganti judulnya jadi, 'Separuh Anggota Dewan Tidak Korupsi!"
"Intinya sama, karena fakta punya multilogika! Terpenting, mereka memenuhi hak jawab!" timpal Amir. "Tak jauh beda dengan perdamaian antara Polri dan Majalah Tempo yang dimediasi Dewan Pers. Selain Tempo siap memenuhi hak jawab Polri, kedua pihak berkesimpulan, judul berita Tempo dalam sampul edisi 14-20 Juni 2010 'Kapolri di Pusaran Mafia Batu Bara' tidak sepenuhnya mencerminkan isi berita. Lalu, Tempo memahami keberatan Polri terkait sampul edisi 28 Juni-4 Juli 2010 dan menyesali gambar sampul tersebut telah menyinggung Polri!"
"Tak sepenuhnya mencerminkan, multilogikanya sebagian lainnya mencerminkan!" sambut Umar. "Gambar sampul seperti apa yang disesali itu?"
"Gambar seorang polisi membawa tiga celengan berbentuk babi!" jelas Amir. "Isi beritanya soal rekening gendut sejumlah jenderal polisi! Tapi Tempo edisi itu tak terbaca luas, karena diborong orang di agen! Sisi ini tampaknya terlepas dari langkah formal Polri, sehingga disinyalir berlanjut dengan pelemparan bom molotov ke kantor Majalah Tempo (6-7), dan penyerangan pada aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama Setia (8-7) yang diduga sebagai sumber informasi rekening jenderal polisi itu!"
"Berarti ada pula multisisi realitas!" timpal Umar.
"Selain sisi formal Polri dan Tempo berdamai, ada realitas lain dari memborong majalah, melempar bom molotov, sampai penyerangan aktivis ICW! Ikhwal terakhir ini memprihatinkan Presiden SBY dan memerintahkan agar diusut tuntas!"
"Untuk mengusut pelaku bom molotov dan para penyerang aktivis yang keduanya dilakukan dini hari mungkin tak mudah! Apalagi seandai pun tertangkap, mengaitkannya dengan para jenderal pemilik celengan babi gemuk bisa lebih sulit lagi!" tegas Amir.
"Artinya, usaha penyelesaian masalah ini lewat multisisi realitas relatif mustahil, cuma menambah tumpukan kasus tak terselesaikan! Karena itu, jika penguasa sungguh-sungguh ingin menyelesaikan masalah ini, jalur terbaik lewat multilogika--sebagian isi berita yang tetap berisi kebenaran!"
"Memang! Kebenaran, meski sebagian, memandu pada kebenaran-kebenaran selanjutnya!" timpal Umar.
"Sedang teror molotov dan penyerangan aktivis sebagai realitas buatan untuk mengalihkan perhatian ke arah yang sesat--cuma membuat penyelidikan rekening babi gemuk tersesat!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 11 Juli 2010
Multilogika Fakta, Multisisi Realitas!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar