"Ratapan rakyat yang langsung menumpu istana itu jelas akibat tak efektifnya sistem di bawah!" sambut Amir. "Untuk kedua janda yang suaminya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata berkat bintang jasanya, semestinya ada sistem yang mengatur penghormatan sebanding pengorbanan jiwa-raganya! Nyatanya, kedua nenek renta itu malah teraniaya!"
"Juga dalam konversi dari kompor minyak tanah ke kompor gas, seharusnya dilengkapi sistem perlindungan buat penerima tabung gas dan kompornya yang terpadu dalam program!" tegas Umar. "Termasuk dalam perlindungan itu standar kualitas perangkat yang dibagikan! Tapi nyatanya, pemerintah tetap membagikan kompor dan tabung gas dengan perlengkapan yang jelas mereka ketahui cuma berusia aman 1,5 tahun sampai dua tahun! Itu kan sama dengan sengala mengirim bom waktu berdurasi 1,5 tahun ke rumah warga seantero negeri!"
"Hari gini dalam pemerintahan modern masak kita masih bicara pentingnya jaminan atas risiko yang harus disiapkan pada setiap kegiatan! Konon lagi terkait kompor gas yang mudah meledak itu!" timpal Amir. "Rasio kecelakaan pada pembagian 52 juta set tabung gas sampai akhir tahun ini, dengan jumlah ledakan tabung gas sekitar 100-an kali, berarti cuma dua kecelakaan per sejuta tabung! Artinya, jaminan atas risiko yang harus ditanggung pemerintah sebenarnya relatif kecil, andai sistem perlindungan dari risiko disiapkan!"
"Bangsa besar menghormati jasa pahlawannya, atau melindungi rakyat atas pembagian materi mudah meledak dengan asuransi kecelakaan, merupakan cara berpikir modern!" tegas Umar. "Tak peduli para pemimpin kita selalu merasa diri modern, ratapan rakyat yang menumpu istana itu membuktikan realitasnya, cara berpikir pemimpin kita sesungguhnya masih terbelakang! Sehingga, ikhwal yang tak semestinya pun sampai istana!"
0 komentar:
Posting Komentar