"IBU menyambal pakai cabai apa sih, tak terasa menyengat pedasnya?" entak Budi.
"Itu dampak perubahan iklim, hujan turun tak menentu, banyak tanaman cabai rusak, harganya jadi mahal!" jawab ibu. "Karena mahal, cabai belum cukup umur dipanen, jadi kurang pedas!"
"Sudah mahal, tak pedas pula!" gerutu Budi. "Tapi kenaikan harga kebutuhan pokok bukan hanya akibat perubahan iklim yang berpengaruh di sentra produksi! Kenaikan harga itu juga akibat ongkos angkut dari sentra produksi ke pasar naik karena jalan rusak, yang tak cuma memperlambat jalan kendaraan, tapi malah macet, menyita waktu dan bahan bakar!"
"Jalan-jalan rusak jadi semakin parah juga karena perubahan iklim!" timpal ibu. "Karena hujan turun tak menentu, perbaikannya jadi terkendala!"
"Kalau itu, secara nyata dan jelas perubahan iklim dijadikan si 'kambing hitam'!" tukas Budi. "Sebab, kerusakan jalan tak segera diperbaiki terjadi sejak sebelum gejala perubahan iklim muncul! Lalu ketika terjadi perubahan iklim rusaknya semakin parah, hingga di jalan Lintas Sumatera saja bisa macet panjang di berbagai lokasi, perubahan iklim dijadikan alasan! Manusia tak mau disalahkan, semua kesalahan dilimpahkan ke alam!"
"Padahal, perubahan iklim itu sendiri tak terlepas dari kesalahan manusia!" timpal ibu. "Perubahan iklim terjadi akibat pemanasan global yang disulut oleh semakin padatnya gas karbon dari buangan cerobong industri, air conditioner dan mobil negara-negara maju di atmosfer, mengakibatkan efek rumah kaca--bumi semakin panas--penguapan laut kian besar, curah hujan meningkat, es di kutub mencair, dan permukaan air laut naik!"
"Tapi negara maju menyalahkan kita, karena membabat hutan tropis!" kejar Budi. "Padahal akibat pembabatan hutan itu yang tenggelam oleh banjir kita sendiri, bukan mereka!"
"Hutan tropis itu produsen oksigen terpenting untuk bumi sekaligus membuat keseimbangan dengan karbon di atmosfer!" jelas ibu. "Memang harus adil, negara industri harus serius melakukan mitigasi--mengurangi gas karbon dari industrinya, kita memelihara hutan tropis! Tapi perubahan iklim yang terjadi ekstrem di seluruh permukaan bumi sekarang menunjukkan, baik negara-negara maju maupun kita sama-sama kurang serius melaksanakan kewajibannya!"
"Kalau begitu kita harus antisipasi segala dampak perubahan iklim!" tegas Budi. "Jika para pemimpin dunia sudah lain di mulut lain perbuatan begitu, umat manusia sedunia yang menanggung derita!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Jumat, 23 Juli 2010
Si 'Kambing Hitam' Perubahan Iklim!
Label:
pembangunan,
perubahan iklim
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar