Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Sandal Beda Warna, Aksi KIB II Kecewa!


TERGESA nonton voli 17-an, di jalan ayah baru sadar pakai sandal jepit beda warna, merah dan biru! Ia suruh anaknya pulang untuk mengambil pasangan warna yang benar. Tapi saat sampai anaknya tak membawa sandal. "Percuma dibawa, Yah!" ujar anak.

"Pasangan sandal yang tinggal di rumah beda warna juga!"

"Jelas yang tinggal beda warna, pasangannya ayah pakai!" timpal ayah. "Sudah, tak apa! Cara berpikir begitu bisa membuatmu jadi menteri!"

"Jadi menteri?" sambut anak. "Apa menteri juga disuruh mengambil sandal beda warna?"

"Secara prinsip tak beda!" jawab ayah. "Presiden SBY di awal jabatan kedua mengumpulkan menteri Kabinet Indonesia Bersatu II (KIB II) dan semua gubernur, membuat program prioritas hal-hal yang kurang pas--sandal beda warna! Lahir 170 program aksi dengan 369 subrencana aksi! Hasil evaluasinya diumumkan (8-7), 49 subrencana aksi mengecewakan! Itu di lingkup Menko Polhukham, Menko Perkonomian, dan Menko Kesra!"


"Jadi banyak menteri yang ditugasi menyiapkan pasangan sandal beda warna agar pas, terbukti mengecewakan?" tukas anak. "Kasihan kabinet, terpaksa ke acara 17-an pakai sandal beda warna! Sekalipun mereka berpakaian jas lengkap!"

"Pemakaian sandal beda warna ke acara 17-an itu gambaran metaforis, mengesankan kehadiran mereka dengan pakaian resmi yang lengkap itu ditopang oleh kinerja yang kurang beres!" tegas ayah. "Untuk itu kita salut kepada Presiden SBY, yang melalui unit kerjanya melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan semua program aksi! Dengan begitu para menteri yang kinerjanya kurang beres tahu diri, mendapat tekanan untuk bekerja lebih baik, meningkatkan kemampuan!"

"Kalau pemain sepak bola di Piala Dunia, ditugasi sebagai striker dengan dukungan aliran bola yang serbamulus--pada menteri dukungan dana dan fasilitas yang serbacukup--tapi tak kunjung bisa menembak bola ke sasaran dan mencetak gol, pemain itu dikeluarkan dan diganti!" timpal anak.

"Dalam pemerintahan seperti kabinet, tak mesti seperti di Piala Dunia!" jelas ayah.

"Kalau dalam zaken cabinet, menteri-menteri disusun seperti pemain bola--sesuai bidang keahliannya, ketika ada menteri yang gagal memenuhi fungsinya lazim diganti seperti pemain bola! Lain hal dalam 'kabinet partisan', menteri diangkat tak berdasar keahlian di bidang tugas kementeriannya, tapi berdasar jasanya memenangkan suara dalam pemilihan presiden! Jadi andai gagal, cuma konsekuensi yang sudah diperhitungkan atas penyerahan tugas pada yang bukan ahlinya!"

0 komentar: