H. Bambang Eka Wijaya
"POLEMIK tudingan Ketua KPK Busyro Muqoddas tentang gaya hidup para anggota DPR hedonis—berlimpah materi serbamewah—belum reda, Ketua MK Mahfud M.D. mengungkap adanya jual-beli pasal-pasal dalam pembuatan UU di DPR!" ujar Umar.
"Mahfud menunjuk buruknya produk legislasi DPR sebagai bukti adanya jual-beli kepentingan dalam pembuatan UU! Ada 406 kali pengujian UU ke MK sejak 2003 hingga 9 November 2011, 97 di antaranya dikabulkan karena inkonstitusional!" (VivaNews, 17-11)
"Pernyataan Mahfud itu didukung Adnan Buyung Nasution!" timpal Amir. "Itu betul, tegas Buyung. Dia dengar dari pemerintah sendiri saat sebagai wantimpres soal praktek jual-beli ayat atau pasal UU di DPR! Menurut dia, praktek ini sudah lama terjadi, cuma dulu tidak sebesar sekarang!"
"Bersamaan dengan itu, aktor film senior Pong Harjatmo membeber spanduk kecaman di depan barisan mobil mewah anggota DPR, dari Lexus hingga Bentley yang berharga miliaran rupiah, Kamis siang!" tegas Umar. "Pong memang dengan mudah diusir satpam dari tempat parkir, tapi kamera televisi sempat merekam gambar barisan mobil supermewah milik anggota DPR!
Meski selintas, Pong berhasil membuktikan kebenaran gaya hidup hedonis anggota DPR sesuai tudingan Busyro! Sekaligus membuat orang menduga-duga dari mana saja mereka bisa mendapatkan uang untuk menyangga kehidupan semewah itu, selain bermain proyek APBN seperti disebut Nazaruddin, mantan anggota DPR tersangka suap Wisma Atlet Palembang!"
"Dari semua itu, terkesan kuat para anggota DPR bukan saja jauh dari pola hidup merakyat, melainkan juga tidak memprioritaskan kepentingan rakyat sebagai perjuangan yang diamanatkan kepada mereka! Dan itu terjadi akibat tawar-menawar dan jual-beli kepentingan mereka yang lebih diutamakan!" tukas Amir.
"Seperti praktek jual-beli pasal UU bukan hal baru, mengesampingkan amanat rakyat itu juga bukan hal baru pada anggota DPR! Tapi karena secara politik rakyat berada dalam kolam sistem yang tak mungkin bisa keluar dari sistemnya, hal yang buruk itu selalu berulang dan berulang terus!"
"Artinya, secara nyata rakyat dalam kondisi tak berdaya ketika mengujudkan sifat aneh manusia seperti disitir Einstein—berulang-ulang melakukan tindakan yang serupa dengan harapan menuai hasil yang berbeda!" tukas Umar.
"Kasihan rakyat yang terpaksa hidup absurd—sia-sia—mengulang usaha tak berguna itu hanya karena elitenya lebih asyik sendiri dengan hidup serbamewahnya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar