Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kekerasan Massa kepada Korporasi Semakin Anarkis!

"AKSI massa dengan kekerasan pada korporasi di Lampung, khususnya di kawasan Tulangbawang dan Mesuji, cenderung semakin anarkis!" ujar Umar. "Kekerasan, yang diindikasi sebagai pemaksaan kehendak secara fisik itu, sejak awal 2011 dilakukan sekelompok massa terhadap pabrik pemrosesan udang milik PT AWS dengan memblokir semua jalan menuju pabrik sehingga ribuan buruh perusahaan di bumi Dipasena itu tak bisa bekerja dan ribuan ton udang busuk!" 

"Setelah blokade pabrik berlangsung dua bulan, aksi sekelompok massa itu ditingkatkan dengan memblokade jalan masuk lokasi pertambakan PT AWS dari suplai benur (bibit udang) dan pakan udang!" timpal Amir. "Akibat aksi pemaksaan kehendak genap setengah tahun, tambak PT AWS eks Dipasena seluas 16.200 hektare itu pun tak bisa berproduksi lagi!

Buntutnya, 7.700 petambak plasma tak bisa lagi berbudidaya, serta 4.000-an karyawan AWS (mayoritas keluarga plasma) kehilangan pekerjaan! Itu terjadi karena PT AWS menyerah pada tekanan massa dengan menutup (lock out) perusahaan, sekaligus menghentikan pembangkit listrik yang sebelumnya menyuplai energi untuk kincir tambak dan rumah plasma!" 

"Kasus AWS belum selesai, kekerasan massa muncul dengan anarkisme yang meningkat--membakar kantor PT Citra Lamtoro Gung di Menggala, Tulangvawang!" lanjut Umar. "Sifat anarkisme memang eskalatif, sekali muncul kalau tak diatasi dengan tepat akan terus berkembang dalam skala massa lebih besar dengan kualitas kekerasan yang lebih tinggi! Itu yang terjadi-pada tahap berikutnya di PT BSMI, Mesuji, yang pekan lalu massa membakar kantor dan pabrik kelapa sawit! Korban yang ditimbulkan juga--sebagai konsekuensi logisnya--sebanding dengan skala besarnya massa dan kualitas kekerasannya!" 

"Gejala meningkatnya anarkisme sebagai simpul berkembangnya skala kekerasan massa, jelas amat memprihatinkan karena mencerminkan kemunduran peradaban!" timpal Amir. "Dalam hal ini peradaban sipil, yang menyelesaikan konflik tanpa kekerasan lewat kelembagaan formal yang disebut sebagai sistem, yakni jalur legal (hukum), politik (lembaga perwakilan), dan administratif (pemerintah), .atau jalur nonformal musyawarah-mufakat secara kekeluargaan! Pilihan pada kekerasan hingga anarkisme meningkat bisa jadi petunjuk belum efektifnya sistem peradaban sipil!" 

"Dalam sistem yang tidak efektif itulah korporasi terjebak jadi korban!" tukas Amir. "Ke dalam jebakan itu pula kita undang investor!" ***

0 komentar: