H. Bambang Eka Wijaya
"PROYEK, atau program, bahkan setingkat usaha yang kurang terlihat menonjol di Lampung adalah intensifikasi produktivitas tanaman kopi rakyat!" ujar Umar. "Padahal produktivitas tanaman kopi di Lampung yang cuma sekitar 7 kuintal per hektare per tahun relatif terendah di negeri ini! Di daerah lain bisa 1 sampai 2 ton!"
"Apalagi dibanding produktivitas kopi di Vietnam, yang mencapai 2 sampai 3 ton/ha/tahun! Padahal, 30 tahun lalu Vietnam belajar bertanam kopi di Lampung!" timpal Amir. "Itu bisa terjadi karena dengan menyadari keterbatasan lahan, sejak awal penanaman kopi di Vietnam dilakukan dengan program intensifikasi! Selain perawatan dengan pemupukan yang baik, malah ada yang dilengkapi irigasi! Sepanjang tahun tanaman cukup air sehingga produksi pun maksimal!"
"Karena itu jadi menyentuh pernyataan ekonom Asrian Hendi Caya agar hasil iuran kopi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) diprioritaskan untuk membina petani kopi!" tegas Umar. "Menyentuh, karena prioritas pembinaan petani itu baru disarankan setelah iuran yang biasanya dipungut AEKI tersebut secara formal dihapus! Juga, kondisi organisasinya sedang tak kondusif!"
"Justru saat pungutan terhadap ekspor kopi secara formal dihapus, pembinaan kepada petani menjadi alasan satu-satunya pemungutan iuran ekspor kopi!" timpal Amir. "Itu berarti semua sisi program intensifikasi produktivitas kopi rakyat dilakukan secara terbuka pada publik, setiap sen penerimaan dan penggunaannya! Selain itu, setiap langkah programnya harus menyertakan pihak petani yang sekaligus sebagai subjek atau pelaksana program sehingga programnya tak asal-asalan, cuma mainan pengurus semata!"
"Itu menarik pengalaman dari program maupun bantuan yang pernah diberikan kepada petani kopi selama ini, meski manfaatnya dirasakan oleh petani skalanya terbatas, tak merata dan meluas pada semua petani kopi!" tegas Umar. "Artinya, bagaimana ke depan usaha intensifikasi produksi tanaman kopi tak sebatas program 'etalase' semata! Tetapi, bagaimana bisa meningkatkan produktivitas tanaman kopi secara saksama!"
"Semua itu tentu kalau iuran ekspor kopi bisa dilakukan lagi dengan modus untuk pembinaan petani kopi!" timpal Amir. "Soalnya, kalau semasa pungutan bebas dilakukan saja perhatian pada petani amat kecil, buktinya produktivitas tanaman kopi petani tidak kunjung naik—sebaliknya justru terus menurun—apalagi saat pungutan dilakukan tidak formal! Tapi siapa tahu, perubahan bisa terjadi justru saat kondisi AEKI tidak kondusif!" ***
0 komentar:
Posting Komentar