"KETIKA gaya hidup para pemimpin bangsa seperti yang berhimpun di DPR tak bisa dijadikan teladan sebagaimana maksud ing ngarso sung tulodo—di depan sebagai teladan—dari Ki Hajar Dewantoro, ke mana rakyat harus mencari teladan dari tokoh yang bisa dijadikan panutan?" tanya Umar.
"Harus dilihat dulu kenapa para pemimpin itu tak lagi bisa diteladani sikap dan gaya hidupnya!" jawab Amir. "Pertama karena gaya hidupnya yang hedonis—berorientasi kebendaan serbamewah! Kedua karena disiplinnya buruk, dibuktikan waktu mengundang para pemimpin media, justru para pemimpin dari Pansus DPR selaku pengundang tak ada yang hadir sampai lewat 1 jam 15 menit ditunggu hingga ditinggalkan oleh para pemimpin media! Ketiga, sikapnya yang cenderung semakin longgar terhadap korupsi seiring kian banyaknya anggota DPR diadili dan masuk penjara karena kasus korupsi! Berarti, rakyat harus mencari tokoh ideal sebagai idola dan panutannya yang bersih dari ketiga cacat aktual tersebut!"
"Itu saja belum cukup!" tukas Umar. "Kriteria ing ngarso sung tulodo seperti dicontohkan Ki Hajar Dewantoro yang mengganti namanya dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat untuk melepaskan gelar bangsawannya guna bisa lebih dekat dengan rakyat secara fisik dan jiwanya! Beda dengan gaya hidup hedonis dan ketakdisiplinan pemimpin masa kini yang justru menjauhkan dirinya dari rakyat! Artinya, kriteria dekat dengan rakyat harus menjadi faktor keempat yang dicari dari tokoh teladan bagi rakyat!"
"Semakin banyak kriterianya, semakin sulit pula mencarinya!" entak Amir. "Belum lagi sifat dasar yang harus dimiliki setiap pemimpin, integritas (tak berkepribadian ganda, ucapannya tidak suka mencla-mencle) dan kredibilitas (bisa dipercaya) tak lain di mulut lain di hati lain tindakannya!"
"Lima kriteria itu kebutuhan aktual kita terhadap pemimpin masa kini!" tegas Umar. "Bisa saja kalau mau dilengkapi Asta Brata, standar pemimpin tradisional Jawa! Yakni, delapan sifat selayak indra (hujan), yama (adil), surya (matahari-semangat), candra (cahaya-pencerahan), bayu (angin, selalu bersama rakyat), bhumi (teguh pada prinsip), bharuna (samudera, berwawasan luas), agni (api, tak pandang bulu)."
"Huahaha..!" Amir terbahak. "Makin diurai dasar-dasar kepemimpinan aktual dan konsepsional, semakin jauh dari para pemimpin kita masa kini, terutama di DPR! Kita hanya bisa menemukan sosok pemimpin sesuai kriteria itu dalam sejarah perjuangan bangsa, sayangnya tak menginspirasi para pemimpin masa kini!"
Kata Kunci
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Minggu, 20 November 2011
Mencari Teladan dari Pemimpin!
Langganan:
Posting Komentar
0 komentar:
Posting Komentar