BUDI pulang sekolah menelepon ibunya di kantor, "Mama, aku hari ini dapat nilai 100! Sesuai janji Mama, aku dapat hadiah ayam goreng!"
"Beres!" jawab ibunya. "Nanti pulang kantor Mama belikan ayam goreng!"
Usai melahap ayam goreng, Budi membawa tiga buku ke ibunya. "Ini, Ma! Matematika dapat nilai 25, bahasa 35, dan sejarah 40, jumlahnya 100!"
Ibu terkesiap sejenak, lalu berkata, "Maksud Mama nilai 100 dari satu mata pelajaran! Bukan jumlah dari beberapa pelajaran!"
"Tapi Mama bilang dari mata pelajaran apa saja!" kilah Budi. "Itu berarti lebih dari satu!"
"Budi, kamu harus rajin belajar agar pintar!" tegas ibu. "Kalau tak pintar, tak bisa jadi pemimpin!" "Siapa bilang?" timpal Budi.
"Mama pasti belum lupa, semua menteri KIB II rapornya merah! Tapi sebagian besar dipertahankan tetap memimpin kementeriannya! Juga pada HUT Golkar di Jakarta, Presiden SBY menyatakan sebagian tugas berhasil diselesaikan, tapi diakui sebagian lainnya masih merupakan persoalan bangsa! (Kompas, 30-10) Semua itu menunjukkan, para pemimpin bangsa kita tak ada yang dapat nilai 100! Artinya, orang-orang sekualitas saya bisa jadi pemimpin!"
"Tapi Presiden sendiri dalam acara tersebut jelas menyatakan tantangan ke masa depan jauh lebih berat!" tegas ibu. "Sekarang saja kala tantangan belum berat sekali dengan pemimpin sekelas itu banyak persoalan terbengkalai sehingga Presiden minta Golkar membantu pemerintah mengatasi persoalan bangsa! Jadi, kalau kualitas pemimpin masa depan sama dengan sekarang, tumpukan persoalan terbengkalai bisa lebih menggunung!"
"Di antara persoalan yang terus memburuk adalah pemberantasan korupsi dan pengentasan kemiskinan!" timpal Budi. "Itu terjadi karena kedua soal itu cuma lebih nyaring dalam retorika, bukan digarap konkret! Akibatnya, korupsi malah merasuk ke jantung kekuasaan, bendahara partai berkuasa menyebar ke berbagai kementerian!" "Lebih parah anomali retorika dan realitas dalam pengentasan kemiskinan!" tukas ibu.
"Dalam retorika kemiskinan turun, sedang realitasnya menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) terus naik, dari 40,4 juta orang pada 2008 menjadi 43,1 juta orang pada 2011. ADB menghitung dengan belanja Rp7.800/orang/hari, sedang retorika berdasar BPS Rp7.060/orang/hari! Sedihnya, hitungan ADB juga masih di bawah satu dolar AS per hari! Kalau garis kemiskinan digenapkan 1 dolar AS/orang/hari, jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 75 juta jiwa, klop dengan jumlah penerima raskin dan Jamkesmas!" ***
0 komentar:
Posting Komentar