"GEDUNG hotel yang tinggi itu berapa tingkat?" tanya Adik. "Ada 16 tingkat?"
"Kurang lebih segitu!" jawab Abang. "Ada apa?"
"Kalau jatuh dari lantai 16, sakit ya?" lanjut Adik.
"Bukan sakit, mampus!" entak Abang. "Nyeleneh!"
"Kubaca di situs Koran Anak Indonesia (4-11-11), IPM—Indeks Pembangunan Manusia—Indonesia 2011 jatuh 16 tingkat dari 2010!" tegas Adik. "Dari peringkat 108 jadi 124, dari 187 negara yang disurvei PBB! Tragisnya, kalau sebelumnya setingkat di bawah Palestina, kini jadi 10 tingkat, padahal Palestina melorot 7 tingkat, jadi di 114!"
"Ah, kita negara besar dengan kekayaan alam berlimpah, sudah 66 tahun merdeka pun kualitas pembangunan manusianya masak bisa sejauh itu di bawah Palestina—negara miskin sumber alam, rakyatnya menderita di bawah pendudukan Israel, dan usahanya untuk merdeka diganjal Amerika Serikat (AS) di PBB?" tukas Abang. "Memangnya IPM itu apaan, lalu apa saja yang disurvei?"
"IPM itu pengukur hasil kebijakan pembangunan multisektoral terhadap kualitas hidup manusia, yang dipakai program pembangunan PBB untuk laporan tahunannya!" jelas Adik. "Indeks ini mulai dikembangkan 1990 oleh pemenang Nobel (2008) asal India Amartya Sen dan ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, mengukur pencapaian sebuah negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia! Pertama, hidup sehat dan panjang umur yang diukur dengan angka harapan hidup. Kedua, penguasaan pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca-tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas, dalam gross enrollment ratio (bobotnya satu per tiga). Ketiga, standar kehidupan layak yang diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli!"
"Kalau itu yang diukur, kenapa kita bisa di bawah Palestina?" entak Abang. "Harapan hidup mereka setiap hari terancam serangan roket Israel! Soal pengetahuan, sekolah di sini dibiayai 20% APBN, sedang APBN mereka tak jelas!" "Kekalahan kita mungkin pada ketimpangan pendapatan yang tajam, sedang mereka semua melarat jadi pendapatannya merata!" tegas Adik. "Masalah pemerataan pengaruhnya telak dalam IPM, sehingga ketika IPM 2011 disusun ulang berdasar kriteria pemerataan pendapatan, sejumlah negara maju terpental dari 10 terbaik! Salah satunya AS, dari semula peringkat 4 jadi 26!" "Kalau soal ketimpangan pendapatan, kita justru semakin lebar dan dalam!" timpal Abang. "Itu membuat yang kaya tambah nikmat, sedang yang melarat kian sengsara—IPM pun memburuk!" ***
"Kalau itu yang diukur, kenapa kita bisa di bawah Palestina?" entak Abang. "Harapan hidup mereka setiap hari terancam serangan roket Israel! Soal pengetahuan, sekolah di sini dibiayai 20% APBN, sedang APBN mereka tak jelas!" "Kekalahan kita mungkin pada ketimpangan pendapatan yang tajam, sedang mereka semua melarat jadi pendapatannya merata!" tegas Adik. "Masalah pemerataan pengaruhnya telak dalam IPM, sehingga ketika IPM 2011 disusun ulang berdasar kriteria pemerataan pendapatan, sejumlah negara maju terpental dari 10 terbaik! Salah satunya AS, dari semula peringkat 4 jadi 26!" "Kalau soal ketimpangan pendapatan, kita justru semakin lebar dan dalam!" timpal Abang. "Itu membuat yang kaya tambah nikmat, sedang yang melarat kian sengsara—IPM pun memburuk!" ***
0 komentar:
Posting Komentar