SEORANG pemuda yang dapat pekerjaan baik di Jakarta mengirimi ayahnya di desa sebuah jaket kulit impor. Sang ayah berterima kasih lewat SMS sambil menanyakan harga jaket itu. Si anak sadar tak mungkin memberi tahu harga sebenarnya jaket yang ia beli Rp3 juta itu, karena ayahnya pasti marah membeli barang mahal, padahal keluarga di desa masih melarat! Maka, ia jawab, harga jaket itu Rp400 ribu.
Tiga hari kemudian ayahnya SMS memberi tahu, jaket itu diminati banyak orang, bahkan ada yang langsung membayarnya tunai Rp1 juta! "Ini peluang bisnis, untungnya lebih 100%!" tulis ayahnya di SMS. "Kirim jaketnya satu kodi untuk memulai usaha nyata yang menguntungkan!"
Si anak bingung membaca SMS ayahnya. Tapi ia tak habis akal untuk mengatasinya. "Jaket seperti itu tak diproduksi lagi karena kehabisan bahan baku kulitnya sejak Inggris terserang wabah sapi gila!" ia telepon ayahnya.
"Jadi, jaket itu selain bagus, juga barang langka! Karena jelas barang bagus, jangan dijual murah!"
"Tapi untungnya kan lebih 100%!" kilah ayah.
"Nilai kelangkaannya bisa jauh lebih tinggi daripada itu!" tegas anak. "Belum lagi bagus kualitasnya hingga diminati banyak orang, yang berarti punya comparative advantage—keunggulan bersaing! Contoh barang bagus punya keunggulan bersaing yang tak dijual murah itu Partai NasDem! Partai baru berdiri pada rapimnas pertamanya sudah pasang standar mendukung parliamentary treshold (PT) 5%! Padahal, mayoritas partai lama di parlemen cuma berani bertahan pada PT 2,5%!"
"Di desa kita ada yang membentuk partai baru itu!" timpal ayah.
"Apa betul di luar desa kita banyak peminatnya?" "Bukan sembarang peminat!" jawab anak. "Contoh peminatnya Hary Tanoesoedibjo, bos MNC Group, yang punya banyak stasion televisi—RCTI, Global, Sun, beraneka MNC di Jakarta dan daerah—serta koran Sindo, Radio Trijaya FM yang siarannya berskala nasional, website Okezone, dan lain-lain! Ia membuat pernyataan resmi bergabung ke Partai NasDem!" "Wah, kalau begitu iklan Partai NasDem bisa bergema tanpa henti di cakrawala Nusantara, tak cuma di Metro TV!" tukas ayah. "Dengan dukungan kekuatan media massa yang demikian besar, wajar kalau berani pasang standar tinggi, ikut mematok PT 5%!" "Dengan semboyan era posmo 'siapa menguasai informasi akan menguasai dunia', patokan standar Partai NasDem tampak punya dasar!" tegas anak. "Kita tunggu saja pembuktiannya!" ***
"Apa betul di luar desa kita banyak peminatnya?" "Bukan sembarang peminat!" jawab anak. "Contoh peminatnya Hary Tanoesoedibjo, bos MNC Group, yang punya banyak stasion televisi—RCTI, Global, Sun, beraneka MNC di Jakarta dan daerah—serta koran Sindo, Radio Trijaya FM yang siarannya berskala nasional, website Okezone, dan lain-lain! Ia membuat pernyataan resmi bergabung ke Partai NasDem!" "Wah, kalau begitu iklan Partai NasDem bisa bergema tanpa henti di cakrawala Nusantara, tak cuma di Metro TV!" tukas ayah. "Dengan dukungan kekuatan media massa yang demikian besar, wajar kalau berani pasang standar tinggi, ikut mematok PT 5%!" "Dengan semboyan era posmo 'siapa menguasai informasi akan menguasai dunia', patokan standar Partai NasDem tampak punya dasar!" tegas anak. "Kita tunggu saja pembuktiannya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar